Mantan PM Israel Ehud Olmert Kecam Agresi Brutal Netanyahu di Gaza: “Ini Kejahatan Perang”
Infoaceh.net – Mantan Perdana Menteri Israel, Ehud Olmert, melontarkan kecaman keras terhadap kepemimpinan PM Benjamin Netanyahu atas agresi militer yang terus berlangsung di Jalur Gaza sejak Oktober 2023.
Olmert menyoroti kebijakan Israel yang memblokade bantuan kemanusiaan ke Gaza selama 11 minggu, serta meningkatnya jumlah korban sipil Palestina dalam konflik tersebut. Dalam wawancara dengan CNN pada Rabu (28/5).
Olmert secara blak-blakan menyatakan harapannya agar pemerintahan Netanyahu segera berakhir.
“Saya percaya mayoritas rakyat Israel sudah muak dengan kebijakan, pernyataan, dan kerusakan moral yang ditimbulkan pemerintahan ini terhadap integritas moral negara dan rakyat Israel,” ujarnya.
Olmert juga menyoroti dua menteri sayap kanan dalam kabinet Netanyahu, Itamar Ben Gvir dan Bezalel Smotrich, sebagai bagian dari pemerintahan yang menurutnya merusak moral bangsa.
Survei publik Israel menunjukkan mayoritas masyarakat mendukung kesepakatan gencatan senjata menyeluruh di Gaza, termasuk pembebasan 58 warga Israel yang menjadi sandera Hamas. Namun, Netanyahu menolak mengakhiri perang dan bersikeras akan melanjutkan kampanye militer hingga Hamas benar-benar dilumpuhkan.
Olmert menilai Presiden AS Donald Trump mungkin satu-satunya figur yang dapat memaksa Netanyahu mengakhiri agresi tersebut.
“Saya benar-benar percaya bahwa dia mungkin satu-satunya orang yang bisa memaksa Perdana Menteri Israel berdamai dengan kenyataan, terutama kenyataan moral dari apa yang sedang dilakukan pemerintahan ini,” katanya.
Sebagai mantan PM yang menjabat pada 2006-2009, Olmert dulu pernah membela kebijakan militer Israel yang mengincar kelompok bersenjata di Gaza dan menolak tuduhan genosida. Namun kini, setelah 19 bulan konflik yang terus memakan korban sipil,
ia mengakui agresi tersebut telah menjadi “perang penghancuran, pembunuhan warga sipil secara sembrono, tanpa batas, kejam, dan kriminal.”
“Kalau bukan kejahatan perang, lalu apa?” kata Olmert retoris, menilai tindakan Netanyahu dan pemerintahan sayap kanan ekstremnya sebagai pelanggaran serius hukum internasional.