Habib Muhammad, Waliyullah Cucu Rasulullah Pendiri Masjid Ba’alawi di Aceh
Habib Muhammad Bin Achmad Al Athas dikenal sebagai seorang Waliyullah dan seorang ulama yang sanad keturunannya jelas, yang merupakan cucunya Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Sang Habib yang asli orang Aceh, bermukim dan lahir di Simpang Ulim Kabupaten Aceh Timur.
Alhabib Muhammad Bin Achmad Al Athas lahir pada hari Ahad, malam Senin, 18 Rabiul akhir 1361 Hijriah atau 3 Mei 1942 di Dusun Jeruk, Desa Pucok Alue Dua, Kecamatan Simpang Ulim, Aceh Timur, Provinsi Aceh.
Alhabib Muhammad dilahirkan dari orang tua yang alim dan tawadhu’, yaitu dari pasangan Alhabib Achmad bin Husin Alatas dan Syarifah Asyura binti Hasan Alkaff, serta mempunyai 5 orang saudara, yang mana semua saudara beliau wafat sebelum Habib Muhammad mencapai usia dewasa.
Di kehidupannya, Alhabib Muhammad bin Achmad Al Athas, sangatlah memprihatinkan. Beliau ditinggal Ayahanda tercinta Alhabib Achmad bin Husin Alatas, sejak usia 6 tahun, dan sudah menjadi anak yatim.
Dibesarkan serta dididik oleh kakek beliau, Alhabib Husin Alatas di Idi, Aceh Timur sampai remaja. Masa remajanya dijalani dengan menempuh pendidikan dari Ibtidaiyah sampai Tsanawiyah di Aceh Timur.
Selepas masa pendidikan, Alhabib Muhamad Bin Achmad Al Athas bekerja di satu toko di Medan, Sumatera Utara bernama Toko Cairo, yang mana beliau diamanatkan untuk menjadi pimpinan di toko tersebut.
Kejujuran dan amanat serta istiqamah beliau dalam menjalankan perintah perlu kita tiru. Tidak satupun amanah yang beliau khianiati apabila beliau diberikan mandat dan amanah.
Contoh, dalam menjalankan Toko Cairo di Medan, beliau diamanahkan dan diberi petunjuk dari yang punya toko, mengenai harga jual dan modal barang yang dijualnya.
Sampai-sampai beliau pun jujur dengan pembelinya, sehingga para pembeli di toko itu tersenyum dan bangga atas kejujuran Alhabib Muhamad Bin Achmad Al Athas.
Dan pada suatu hari, pemilik toko tersebut lupa memberi amanah/perintah kepada Alhabib Muhamad Bin Achmad Al Athas untuk memberi uang makan pada karyawannya.
Sehingga pada siang hari waktunya istirahat makan, beliau pun tidak memberi uang makan kepada para karyawan-karyawannya tersebut hingga sore harinya.