Dipugar Minggu Depan, TIM Ziarahi Makam Sultan Terakhir Kerajaan Aceh di Jakarta
JAKARTA — Keluarga Besar Taman Iskandar Muda (TIM) bersama warga Aceh di Jakarta khususnya keluarga besar cucu dan buyut dari Sultan Alaiddin Muhammad Daud Syah menziarahi makam sultan terakhir Kerajaan Aceh Darussalam pada Ahad (12/9), di pemakaman umum Kemiri, Rawamangun di Jakarta Timur.
Ketua Umum PP TIM Dr. Surya Darma mengatakan, ziarah ini dilakukan sekaligus untuk berdoa kepada Allah semoga almarhum beserta keluarga dan para kerabat yang mendampinginya yang dimakamkan di pemakaman Kemiri Jakarta pada zaman penjajahan Belanda mendapat ampunan dan tempat yang mulia.
Doa juga dalam rangka pemugaran makam Sultan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang dimulai pekan depan dan diharapkan selesai sebelum akhir 2021.
TIM bersama masyarakat Aceh telah berjuang untuk menjadikan almarhum sebagai pahlawan nasional, namun belum berhasil. TIM sudah pernah membentuk panitia melakukan persiapan pengusulan Sultan Alaiddin Muhammad Daud Syah mejadi pahlawan nasional sejak 2003.
Untuk keperluan itu, TIM sudah melakukan persiapan pemugaran makam atas dukungan dan bantuan Pemerintah Aceh dan Pemda DKI Jakarta, kemudian menyelenggarakan seminar pada 2007 bersama Pemerintah Aceh untuk mendukung proses pengusulan almarhum menjadi pahalawan nasional. Namun upaya itu belum membuahkan hasil.
Pemugaran makam juga belum bisa dilakukan karena belum berhasil berkoordinasi dengan ahli waris keluarga almarhum Sultan Aceh.
Pada tahun ini menjelang peringatan hari pahlawan November 2021, upaya ini kembali muncul dengan adanya bantuan Pemerintah DKI Jakarta yang akan membantu memugar komplek makam Sultan Alaiddin Muhammad Daud Syah beserta kaum kerabatnya di Pemakaman Kemiri Rawamangun.
Pemugaran makam almarhum bersama kerabat, pengawal dan permaisurinya di Rawamangun, tersebar pada tiga kelompok masing-masing terdiri dari kelompok Sultan Muhammad Daud Syah dengan pengawal, kemudian kelompok keluarga dan kerabat serta kelompok ketiga yang ditempati oleh permaisurinya.
TIM sudah menyampaikan usulan pemugaran makam ini kepada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sejak 2018 dan mendapat tanggapan yang sangat positif. Gubenrus Anies yang baru tahu dari TIM bahwa ada makam Sultan di pemakaman umum Kemiri, merasa perlu memberikan perhatian pada pejuang yang telah mempertaruhkan harta dan jiwanya untuk bangsa ini.
“Sudah sepatutnya kita beri penghargaan walaupun hanya berupa makam yang diberi tempat yang layak dan karena itu, makamnya perlu dipugar untuk bisa menjadi peringatan bagi kita dan generasi penerus.”
Bagi TIM dan masyarakat Aceh sangat bersyukur dan berterima kasih pada Gubernur DKI yang sudah bersedia akan memugar makam sultan terakhir Kerajaan Aceh tersebut.
“Alhamdulillah. Karena itu warga Aceh di Jakarta pada saat berziarah juga memanjatkan doa baik kepada lamarhum dan amarhumah, juga berdoa semoga usaha pemugaran ini berjalan dengan baik dan lancar. Pihak keluarga Sultan yang juga hadir mengatur acara doa ini diwakili oleh Tengku Dian Aggraeni, salah satu keturunan langsung dari Sultan Alaidin Muhammad Daud Syah yang berada di Jakarta. Sedangkan cucu dan keturunan lainnya juga ada yang berada di Aceh dan Mataram, NTB.”
Sultan Alaidin Muhammad Daud Syah dinobatkan sebagai sultan Aceh di Masjid Indrapuri pada Kamis, 26 Desember 1878 Masehi, pada usia 7 tahun, menggantikan Sultan Alaidin Mahmudsyah (1870-1874) dua tahun sebelum Belanda menginvasi Aceh pada 26 Maret 1873 M. Muhammad Daud Syah menjadi Sultan terakhir dan berkuasa di kerajaan Aceh Darussalam ini berkuasa sejak 1874-1923, selama sekitar 45 tahun.
Kolonial Belanda membuang Sultan Muhammad Daud Syah ke Pulau Jawa pada 24 Desember 1907. Bagi kita warga Aceh, perjuangan beliau menjadi penting untuk terus dibangkitkan sebagai semangat patriotisme mengenang masa kejayaan kerajaan Aceh dengan kepemimpinan Sultan Muhammad Daud Syah yang berperan penting dalam berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Tuanku Muhammad Daud Syah dengan gelar Sulatan Alaiddin Muhammada Daud Syah adalah raja Aceh ke 31 dan terakhir sampai lahirnya Indonesia yang merdeka. Sultan adalah putra dari Tuanku Zainal Abidin bin Sultan Alaiddin Ibrahim Mansur Syah sebagaimana juga tertulis pada batu nisan makamnya.
Ibunya Sultan bernama Nyak Bulukeh. Pada masa kekuasaan Sultan Alaiddin Muhammada Daud Syah, muncul banyak pejuang yang melawan Belanda seperti, Teuku Umar, Teungku Chik Di Tiro, Muahmmad Saman, Teungku Mat Amin, Tengku Beb, Teuku Nyak Makam, Cut Nyak Dhien dan lan-lain. Pada masa kekuasaan Sultan Muhammad Daud Syah, pemerintahan kerajaan sempat pindah dari Banda Aceh ke Keumala dan kemudian ke Peusangan dan melakukan pertempuran di bukit-bukit di hulu Peusangan, Bukit Keureuto dan Geudong.
Bahkan Sultan pernah memimpin dari Gayo pada September 2010. Daerah Gayo dijadikan sebagai daerah pertahanan kerajaan Aceh yang dibantu oleh Reje Lenge, Reje Buket dan Syiah Utama di daerah Danau Laut Tawar. Sultan akhirnya berhasil dilumpuhkan setelah pada Agustus 1907 diasingkan ke Batavia, walaupun tidak pernah menyerahkan kerjaaan Aceh Darussalam yang meliputi sebagai besar Sumatera hingga ke semenanjung Malaysia.
Sultan Alaiddin Muhammad Daud Syah lahir 1871 berhasil mempertahannkan wilayah dari kesultanan Aceh yang menolak menadatangani dan tanpa pernah menyerahkannya kepada Belanda dan terus berjuang dengan caranya sampai detik-detik menghembuskan nafas terakhir walaupun dia telah diasingkan ke Batavia.
Sultan Alaiddin sudah selayaknya diberikan penghargaan oleh pemerintah atas jasa-jasanya itu. (IA)