Mendeteksi Kehamilan di Luar Rahim, Penyebab Tertinggi Kematian Ibu
Oleh: dr Riza Sufriadi Sufi SpOG*
SETELAH membaca artikel saya sebelumnya, tentunya sekarang bunda tidak lagi berkata “Keupeu tajak USG, agam kana, inong kana”. Namun, kenapa bunda harus segera melakukan pemeriksaan USG saat usia kehamilan masih sangat muda??? Mari kita bahas apa pentingnya.
Para bunda seringkali memutuskan melakukan USG saat usia kehamilan sudah di atas 5 bulan, sebagian karena takut “efek radiasi” yang ditimbulkan oleh alat USG, sebagian karena pengalaman USG di kehamilan sebelumnya dokter belum bisa menunjukkan gambar janin dengan jelas.
Tapi tahukah bunda bahwa kehamilan dapat terjadi di luar rahim? Iya, kehamilan di luar rahim. Kok bisa ya? Kejadiannya lumayan sering bunda, dikutip dari The Royal College of Obstetricians and Gynaecologists (RCOG), kejadian hamil di luar rahim secara global terjadi sekitar 1 dari 50 kehamilan, namun angkanya meningkat 2 kali lipat pada program bayi tabung atau program hamil lainnya.
Kehamilan di luar rahim (kehamilan ektopik) masih merupakan penyebab kematian ibu tertinggi pada kehamilan usia muda.
Normalnya, kehamilan terjadi di dalam rahim. Rahim memiliki sifat lentur seperti balon, semakin besar usia kehamilan ukurannya akan semakin besar, tapi jika terjadi kehamilan di luar rahim, misalnya di saluran tuba, indung telur dan sebagainya organ tersebut tidak dapat membesar seperti halnya rahim, sehingga suatu saat akan pecah dan mengeluarkan banyak darah.
Kematian ibu disebabkan oleh pecahnya kantong kehamilan di dalam perut, akibatnya terjadi penumpukan darah didalam perut. Banyak di antara para Bunda di Aceh membawa ke dukun karena dianggap sebagai sakit “barah”.
Sayangnya karena pengetahuan masyarakat yang rendah, para ibu hamil terlambat ke rumah sakit sehingga saat ke rumah sakit kondisinya sudah parah dan tidak tertolong. Jadi deteksi dini sangat membantu para bunda untuk mengetahui apakah kehamilannya normal atau tidak.
Adapun faktor risiko terjadinya kehamilan Ektopik adalah:
- Berusia 35 tahun atau lebih saat hamil
- Memiliki riwayat radang panggul dan endometriosis.