Lampaui Tsunami Jepang, Korban Jiwa Gempa Turki-Suriah Sudah 28 Ribu Lebih
Ankara — Jumlah korban yang meninggal dunia akibat gempa dashyat magnitudo 7,8 yang mengguncang Turki dan Suriah kini telah melampaui 28 ribu orang.
Hal itu diketahui dari informasi yang dilansir dari CNN pada Ahad (12/2) pagi WIB.
Jumlah data korban jiwa ini bertambah hanya dalam hitungan jam dan kini sudah menjadi 28.192 orang yang meninggal dunia.
Jumlah ini pun jauh di atas korban jiwa Tsunami yang melanda Jepang di tahun 2012. Saat itu, korban jiwa berada di sekitar 20 ribu.
Wakil Presiden Turki Fuat Oktay menyatakan jumlah korban meninggal akibat gempa sudah mencapai 24.617 di sana. Data terbaru itu diungkapkan Oktay dalam sesi jumpa pers yang digelar pada Sabtu (11/2) waktu setempat.
Sebelumnya sekitar tiga jam lalu, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengungkapkan sebanyak 21.848 orang meninggal akibat gempa yang terjadi di Turki dan Suriah pada Senin (6/2) lalu.
Dalam pernyataan lanjutannya saat berbicara di kota Sanliurfa pada Sabtu, Erdogan mengungkapkan bahwa korban yang terluka mencapai 80.104 orang.
Sedangkan di Suriah, total korban meninggal mencapai 3.575 orang. Jumlah itu termasuk 2.167 orang yang jadi korban di daerah yang dikuasai oleh pemberontak di barat laut menurut informasi dari White Helmets, sebuah organisasi sukarelawan di Suriah.
Sementara korban meninggal di daerah yang dikuasai oleh pemerintah Suriah mencapai 1.408 orang.
Adapun jumlah orang yang terluka di semua wilayah Suriah mencapai 5.273. Rinciannya 2.326 di daerah yang dikuasai pemerintah dan 2.950 orang di daerah yang dikuasai pemberontak.
Walau begitu, ada beberapa peristiwa ajaib yang terjadi saat evakuasi. Al Jazeera melaporkan bahwa meskipun tingkat kehancuran yang luar biasa di ibu kota provinsi Hatay Turki, masih ada secercah harapan.
“Sekarang kita berada di jam ke-135 sejak gempa, tapi masih ada harapan. Pada jam ke-132, seorang balita diselamatkan, dan beberapa jam sebelumnya, seorang pria dan wanita diselamatkan hidup-hidup. Pencarian korban belum berhenti,” kata wartawan kantor berita itu, Bernard Smith.