Guru Besar UIN Ar-Raniry Bahas Konsep Pendidikan Islami di Aceh
BANDA ACEH — Pascasarjana UIN Ar-Raniry Banda Aceh mengadakan sebuah diskusi umum bertajuk “Working Group Guru Besar #1: Membincangkan Kembali Konsep Pendidikan Islami di Aceh” di kampus setempat, Kamis (16/2).
Direktur Pascasarjana Prof Eka Srimulyani PhD mengatakan, diskusi ini dilaksanakan untuk membincangkan kembali konsep “Pendidikan Islami” yang telah dimulai sejak satu dekade lalu.
“Pascasarjana memiliki tanggung jawab moral untuk mendiskusikan, meninjau kembali, mengevaluasi, ide-ide yang sudah ada agar tahu di mana kelebihannya dan kekurangannya untuk sama-sama kita perbaiki sehingga menjadi efektif ketika diimplementasikan.”
Dalam diskusi yang terselenggara sebagai bentuk implementasi kerja sama antara Pascasarjana UIN Ar-Raniry dengan Majelis Pendidikan Aceh (MPA) tersebut hadir para guru besar dan pakar Pendidikan Agama Islam, baik dari UIN Ar-Raniry maupun dari MPA.
Hadir dalam forum ini Prof Saifullah, Prof Jamaluddin Idris, Prof Muhammad, Dr Nazamuddin, Dr Saiful, Dr Sofyan, Dr Salami, Dr Silahuddin, dan pakar pendidkkan lainnya.
Kegiatan Working grup guru besar ini merupakan forum pertama dari serangkaian diskusi yang sama yang akan dilakukan Pascasarjana UIN Ar-Raniry ke depan.
Prof Dr Syahrizal Abbas, yang selain Guru Besar di UIN Ar-Raniry juga anggota MPA mengatakan beberapa argumentasi utama MPA melahirnya konsep “Pendidikan Islami.”
Tiga di antaranya adalah adanya regulasi yang kuat terkait pendidikan di Aceh, adanya qanun baru tentang kewenangan MPA di Aceh, dan diskusi yang terus berlangsung tetang apa pendidikan Islami yang memunculkan beragam interpretasi sehingga perlu penyamaan persepsi.
MPA berpendapat, dalam konteks sosial di Aceh saat ini yang paling mungkin adalah upaya transformasi nilai-nilai agama Islam ke dalam pendidikan.
Di sisi lain Prof Dr Warul Walidin AK MA menekankan empat landasan dasar dalam membangun paradigma pendidikan islami di Aceh, yakni keislaman, kebangsaan, ke-Acehan, dan keuniversalan. Hal ini kemudian diiplemnetasikan ke dalam trilogi pendidikan, yakni keluarga, masyarakat dan lingkungan.