Abuya Amran Waly Terima Penghargaan Sebagai Wali Agama Aceh dari KPA dan Wali Nanggroe
Infoaceh.net, Aceh Besar — Pendiri Majelis Pengkajian Tauhid Tasawwuf (MPTT) Indonesia, Abuya Syekh H Amran Waly Al Khalidy menerima penghargaan dari Wali Nanggroe Aceh dan Komite Peralihan Aceh (KPA) sebagai Wali Agama Aceh.
Penyerahan Piagam Penghargaan kepada Abuya Syekh H Amran Waly dilakukan oleh Muzakir Manaf (Mualem) dan Kamaruddin Abubakar (Abu Razak) selaku Pimpinan Komite Peralihan Aceh (KPA) Pusat dalam kegiatan Zikir dan Doa bersama yang diselenggarakan oleh Jaringan Aneuk Syuhada Aceh dan KPA di Meuligoe Wali Nanggroe Aceh, Gampong Lamblang Manyang, Kecamatan Darul Imarah, Aceh Besar, Ahad (27/10) malam.
Ketua Panitia Pelaksana kegiatan Al Qudri, menyampaikan, selain dihadiri Muzakir Manaf dan Abu Razak, juga hadir Tgk. Samunzir, Abi Lampisang serta para ulama pimpinan Pondok Pesantren dan para ulama pimpinan Majelis Zikir.
Turut hadir perwakilan Forkopimda Aceh dan Aceh Besar, juga Anggota DPRA dan DPRK dari Fraksi Partai Aceh.
Hadir juga Ketua Umum Pengurus Besar MPTT Pusat Aby Sahal Tastari Waly serta jajaran, Pengurus MPTT Jakarta, Tgk H Khairunnas serta jajaran, pengurus MPTT serta ribuan jamaah MPTT dari berbagai Kabupaten/Kota di Aceh.
Al Qudri menyampaikan, penyerahan penghargaan kepada Abuya Syekh H Amran Waly oleh Wali Nanggroe Aceh dan KPA dinilai sangat tepat.
Mengingat rekam jejak perjuangan Abuya Amran Waly dalam mensyiarkan agama Islam khususnya pemahaman ke-Shufian di Aceh dan Nusantara pada umumnya.
“Dimana pemahaman ke-Shufian dahulu pernah disyiarkan oleh para Wali-wali Allah, terbukti turut mengangkat kejayaan bangsa Aceh di Nusantara dan di mata dunia,” ujarnya.
Pemahaman ke-Shufian yang disyiarkan para Wali-wali Allah sebelumnya itu jualah yang saat ini diperjuangkan Abuya Syekh H Amran Waly Al Khalidi di Aceh dan di berbagai negara.
Ketum PA dan KPA Muzakir Manaf yang akrab disapa Mualem menyampaikan, zikir dan doa bersama untuk para syuhada ini diharapkan dapat menjalin dan meningkatkan ukhuwah sesama Muslim di Aceh.
Mualem menyebut, terciptanya persatuan dan kesatuan antara sesama ulama se Aceh, tidak ada lagi fitnah dan gonjang-ganjing, juga tidak ada lagi unsur dengki, itu yang diharapkan.