Layanan Buruk BSI Dinilai Jadi Sumber Masalah Ekonomi Aceh
Infoaceh.net, BANDA ACEH — Layanan buruk perbankan yang selama ini diberikan oleh Bank Syariah Indonesia (BSI) dinilai telah menjadi sumber masalah baru perekonomian Aceh.
Hal ini menyebabkan Aceh telah terjebak pada monopoli perbankan, kemiskinan yang yang masih tinggi, industri tidak tumbuh serta UMKM yang sulit berkembang
“Layanan buruk BSI telah memberikan dampak negatif bagi ekonomi Aceh selama ini,” ujar Ketua Serikat Aksi Peduli Aceh (SAPA), Fauzan Adami, Senin (10/2) yang menyoroti dampak negatif layanan buruk BSI.
Menurutnya, alih-alih membawa manfaat, perbankan syariah tunggal ini justru merugikan masyarakat, terutama kalangan miskin dan pelaku usaha kecil.
Konversi penuh perbankan di Aceh ke sistem syariah yang menyebabkan terusirnya bank konvensional dari Aceh kini semakin menampakkan dampak buruknya.
Bukan hanya dari sisi pelayanan yang buruk, tetapi juga penghambatan akses ekonomi masyarakat serta minimnya transparansi tanggung jawab sosial (CSR) dari BSI.
“Sejak BSI menjadi satu-satunya bank di Aceh, kita justru menyaksikan banyak persoalan. Pelayanan semakin buruk, UMKM kesulitan dan yang lebih parah, kita tidak tahu apakah BSI benar-benar berkontribusi untuk masyarakat atau hanya mengejar keuntungan semata. Kami sudah meminta laporan CSR BSI 2024, tapi hingga kini belum diserahkan. Apa yang mereka sembunyikan” tegas Fauzan Adami.
Menurut Fauzan, perbankan seharusnya menjadi pilar ekonomi yang membantu rakyat kecil dan UMKM berkembang.
Namun, sejak bank-bank konvensional dihapus, masyarakat justru menghadapi semakin banyak kendala dalam memperoleh layanan keuangan.
“Di mana keberpihakan BSI kepada masyarakat? Apakah mereka benar-benar membantu pelaku usaha kecil? Jika memang ada program sosial atau dana CSR yang mereka salurkan, seharusnya diumumkan secara terbuka agar publik tahu dan bisa merasakan manfaatnya,” terangnya.
Kritik juga diarahkan kepada buruknya layanan BSI yang kerap dikeluhkan masyarakat. Mulai dari antrian panjang di kantor cabang, jumlah ATM yang terbatas, hingga gangguan layanan digital banking yang berulang kali terjadi, semakin memperburuk keadaan ekonomi masyarakat.