Aksi Berani Wali Kota Perempuan, Sudah 23 Baliho Ilegal Roboh di Tangan Illiza
Banda Aceh, Infoaceh.net — Malam baru saja turun di Kota Banda Aceh, Jum’at 30 Mei 2025. Lampu-lampu jalan menyala temaram di tengah udara malam yang terasa sedikit panas.
Namun di kawasan Taman Putroe Phang, suasana berbeda terasa. Denting alat berat berpadu dengan suara komando.
Di tengah keriuhan itu, berdiri tegak sosok perempuan berhijab dengan rompi operasi—Wali Kota Banda Aceh Illiza Sa’aduddin Djamal.
Bukan hanya hadir sebagai simbol, Illiza memimpin langsung jalannya operasi penertiban baliho ilegal.
Sebuah aksi yang jarang dilakukan pemimpin, apalagi di malam hari. Namun malam itu, ia memastikan sendiri bahwa aturan ditegakkan, dan kota yang dipimpinnya tak dibiarkan semrawut.
“Kita sudah beri waktu. Tapi mereka abai. Maka malam ini, kita harus bertindak,” katanya, tegas, namun tetap tenang.
Tiga baliho berukuran jumbo—dua baliho berukuran 5×10 meter dan satu baliho 2×5 meter—berdiri mencolok di kawasan Taman Putroe Phang Banda Aceh.
Baliho itu berdiri menjulang di tepi jalan. Tak berizin, menyalahi aturan, dan mencoreng wajah kota.
Dengan bantuan alat berat, baliho-baliho itu perlahan tumbang satu per satu. Satu dentuman roboh terdengar, disusul sorakan kecil dari tim gabungan yang bekerja di bawah komando wali kota perempuan pertama Banda Aceh itu.
Operasi malam itu adalah bagian dari penertiban tahap pertama yang meliputi kawasan Simpang Jam dan Simpang Mesra. Total, 23 baliho ilegal telah dirobohkan, dari 133 titik yang telah dipetakan pemerintah kota.
Illiza mengaku geram. Bukan karena kritik atau keluhan warga, tapi karena pelanggaran yang terus dibiarkan dan merugikan daerah.
“Ini bukan cuma soal izin. Ini soal keadilan. Banyak pengusaha patuh, tapi ada juga yang seenaknya. Belum lagi pajak reklame yang tidak dibayar. Itu PAD kita, uang rakyat,” jelasnya.
Di tengah kerja keras tim, Illiza terus berpindah dari satu titik ke titik lain. Ia berdialog dengan petugas, mengecek dokumen, dan sesekali berdiskusi dengan warga yang kebetulan menyaksikan.
Bagi sebagian orang, penertiban baliho mungkin terlihat sepele. Tapi bagi seorang kepala daerah, ini soal sikap dan keberanian mengambil keputusan yang tak selalu populer.