Aksi Berani Wali Kota Perempuan, Sudah 23 Baliho Ilegal Roboh di Tangan Illiza
Terlebih bagi seorang perempuan di panggung politik—yang kerap dipandang sebelah mata saat mengambil langkah tegas.
Namun Illiza membuktikan, kepemimpinan tak mengenal gender. Dan malam itu, ia hadir sebagai pemimpin yang tak ragu turun ke lapangan.
Proses penertiban juga mendapat dukungan dari aparat TNI dan Polri. Alat berat dikerahkan untuk menumbangkan baliho-baliho besar yang berdiri tanpa izin.
Menurut Illiza, dari total 133 titik baliho ilegal yang terdata di Banda Aceh, baru 23 yang berhasil ditertibkan.
Ia menyoroti kebocoran Pendapatan Asli Daerah (PAD) akibat pelanggaran ini.
“Selain melanggar aturan, ini merugikan keuangan daerah. Ada yang tak berizin dan tak bayar pajak pula. Ini tak bisa dibiarkan,” ujarnya.
Tak hanya soal legalitas, penataan kota juga menjadi perhatian. Illiza menegaskan, ke depan Pemko Banda Aceh akan mengatur ulang zonasi reklame agar tetap estetik dan tidak mengganggu ruang publik.
Penertiban akan dilanjutkan usai Idul Adha, terutama terhadap baliho-baliho besar yang membutuhkan tenaga ekstra.
“Kami akan lanjutkan setelah Idul Adha. Ini baru permulaan. Kota ini harus tertib dan indah. Baliho liar harus hilang,” katanya sambil menatap sisa-sisa baliho yang baru saja tumbang.
Turut mendampingi Wali Kota malam itu, Pj Sekdako Jalaluddin, Kasatpol PP/WH M Rizal, Kadis PUPR Cut Ahmad Putra, Plt Kepala DPMPTSP Iskandar, Kepala DLHK3 Hamdani Basyah, serta sejumlah pejabat lainnya
Dengan aksi beraninya ini, Illiza kembali menegaskan bahwa penegakan aturan tidak mengenal kompromi—dan pemimpin perempuan pun bisa berdiri paling depan.
Malam pun semakin larut. Tapi di bawah lampu jalan dan debu yang beterbangan, jejak aksi sang wali kota akan tetap tertinggal.
Sebuah pesan tegas bahwa Banda Aceh tak akan membiarkan ketidaktertiban terus berdiri di tengah kota—apalagi lebih tinggi dari hukum yang mengaturnya.