Banda Aceh — Sekolah Menengah Teknologi Industri (SMTI) Banda Aceh yang berada di Jalan Tgk Di Blang, Gampong Mulia, memproduksi hand sanitizer (cairan pembersih tangan antiseptik).
Kepala SMK-SMTI, Hariyanto menyampaikan pembuatan hand sanitizer ini murni untuk sosial karena selama ini hand sanitizer mulai langka di pasaran.
Karena itu pihaknya berinisiatif memproduksi untuk kemudian dibagikan ke masyarakat dalam rangka pencegahan virus Corona atau Covid-19 yang terus mewabah saat ini.
“Ini murni untuk sosial dalam situasi seperti ini, hanya saja bahan baku yang sudah kurang, karena ini tanggungjawab bersama yang perlu dipikirkan bersama – sama,” kata Hariyanto, Jum’at (20/3).
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Kota (DPRK) Banda Aceh, Farid Nyak Umar didampingi Wakil Ketua, Isnaini Husna turut meninjau pembuatan hand sanitizer di SMK-SMTI Banda Aceh.
Farid Nyak Umar menyampaikan kunjungan ini untuk merespon kebutuhan masyarakat terhadap antisipasi bersama penyebaran Covid-19 di Banda Aceh. Kunjungan ini juga sebagai respon cepat setelah kemarin Rabu (18/3) mereka bertemu beraudiensi dengan DPRK Banda Aceh.
Hal ini sebagaimana imbauan pemerintah kepada masyarakat untuk membudayakan hidup bersih. Salah satunya menjaga tangan selalu bersih atau mencuci tangan dengan hand sanitizer.
Namun, fakta di lapangan hand sanitizer sangat langka, begitu juga di tempat – tempat pelayanan publik sangat langka, begitu juga di pasaran sudah sulit didapatkan.
Kemudian ada informasi di SMK-SMTI memiliki kemampuan SDM lokal memproduksi hand sanitizer dan mereka memiliki semangat membantu kebutuhan hand sanitizer di Banda Aceh. Lalu ada juga investor yang menyuplai bahan baku untuk memproduksi lebih banyak.
“Makanya kita ingin melihat bagaimana kemampuan kompetensi dari adik –adik kita ini,” kata Farid Nyak Umar.
Menurut Farid, setelah melakukan tinjauan mereka mampu memproduksi lebih banyak. Karena itu ia berharap ini bisa berlanjut. Sehingga SMK-SMTI dengan investor bisa berkolaborasi membantu warga Banda Aceh dengan menyediakan hand sanitizer ini.
“Kami juga meminta Pemko Banda Aceh memudahkan proses perizinan untuk kemudian bisa diproduksi dan bisa segera dimanfaatkan,” tuturnya. (TA)