Lahan Basah di Aceh Menghilang Tiga Kali Lebih Cepat, Pegiat Lingkungan Deklarasi Penyelamatan
BANDA ACEH — Seiring dengan pertumbuhan perkotaan dan peningkatan permintaan lahan, kecenderungannya adalah merambah lahan basah dan lahan basah tersebut menghilang tiga kali lebih cepat dibandingkan hutan.
Lahan basah dan manusia merupakan kehidupan yang saling berkaitan. Lahan basah sangat penting bagi kesejahteraan kita.
Baik melalui penyediaan air bersih, sebagai sumber makanan atau melindungi kita dari cuaca ekstrem, lahan basah yang sehat sama dengan kesejahteraan manusia.
“Laju degradasi lahan basah di Aceh terjadi tiga kali lebih cepat dari yang diperkirakan,” ujar pegiat lingkungan Aceh Yusmadi pada Deklarasi Koalisi Selamatkan Lahan Basah dan Hutan Aceh dalam rangka Hari Lahan Basah Sedunia, di Situs Paya Nie, Bireuen, Jum’at, 2 Februari 2024.
Deklarasi dilakukan 10 lembaga peduli lingkungan yakni Aceh Wetland Foundation, Yayasan APEL GREEN Aceh, LSM Lembaga Advokasi Hutan Lestari (LembahTari), Pemuda Pembela Tanah Rakyat (PAPETRA), Generasi Beutoeng Ateuh Banggalang, Gayo Rimba Bersatu, LSM Harimau Pining, LSM Komunitas Aneuk Nanggroe, Yayasan Hutan Hujan Aceh dan Aceh Mangrove Youth.
Diungkapkan di habitat mangrove dalam kawasan hutan di Aceh Timur, Langsa dan Aceh Tamiang, luas kawasan hutan terus menyusut akibat pengalihan fungsi dan perambahan.
Hutan gambut di Nagan Raya dan Abdya terus dikeringkan untuk pengembangan HGU kelapa sawit. Kanal-kanal dibuka dalam kawasan hutan yang kaya karbon ini. Rumah Orangutan Sumatera di habitat ini terancam.
Danau Lut Tawar bukan sedang baik-baik saja. Sejumlah masalah menghantui kelestarian Danau Lut Tawar di Kabupaten Aceh Tengah, Aceh. Menyusutnya debit air, menurunnya kualitas air, menghilangnya beberapa spesies ikan endemik, hingga mendangkalnya cekungan danau adalah persoalan utama yang terjadi dan harus diselesaikan.
Satu spesies endemik Danau Lut Tawar yang kondisinya terancam punah adalah ikan depik (Rasbora tawarensis) yang populasinya menurun dalam beberapa tahun terakhir.
Hal ini diduga, terjadinya perubahan signifikan pada ekosistem danau membuat ikan depik tidak mampu lagi beradaptasi.