Banda Aceh — Partai Islam Aceh (PIA) yang hadir sebagai partai politik lokal (Parlok) baru di Aceh untuk menjadi peserta Pemilu 2024, menggelar Focus Group Discussion (FGD) dalam rangka sosialisasi dan menjaring masukan dari berbagai elemen masyarakat di Grand Lambhuk Hotel Banda Aceh, Sabtu (9/1).
FGD dibuka oleh Ketua Ahlul Halli Wal ‘Aqdhi PIA Hasbi Abdullah didampingi Ketua Umum PIA Bustami Usman dan Ketua Mahkamah Partai Sofyan M. Saleh.
Ketua Panitia Pelaksana Adnan Majid mengatakan FGD perdana dengan tema “Tantangan dan Peluang Partai Islam Aceh” menghadirkan keynote speaker akademisi UIN Ar-Raniry yang juga antropolog Kamaruzzaman Bustamam Ahmad, dipandu moderator Mukhlisuddin Ilyas.
Diikuti sekitar 50 peserta, terdiri atas internal PIA dan perwakilan parpol lokal. Diikuti juga para politisi, organisasi mahasiswa, perempuan, ulama, media dan LSM.
“Sebagai parlok baru, PIA harus secepat mungkin menyesuaikan diri dengan kondisi kekinian. Dari itu melalui FGD tersebut akan terjaring masukan, harapan dan persepsi masyarakat tentang Partai Politik Islam lokal di Aceh, antara tantangan dan peluang dalam menghadapi Pemilu yang akan datang,” kata Adnan Majid.
Adnan Majid menambahkan di tengah semakin rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap partai politik baik yang islamis maupun nasionalis, maka PIA berusaha hadir membangun kembali kepercayaan masyarakat terhadap partai politik khususnya parpol lokal Islam.
“Kami berharap kehadiran PIA dapat membawa warna baru di kancah perpolitikan Aceh khususnya. Selain itu menjadi alternatif dan sarana bagi masyarakat yang ingin menyalurkan aspirasinya,” terang Adnan Majid.
Ketua Umum PIA Bustami Usman mengatakan visi partainya itu adalah sebagai partai pelopor untuk terwujud dan tegaknya Dinul Islam di Aceh secara kaffah.
Adapun yang menjadi misi PIA diantaranya mengawal dan mempertahankan akidah Islamiyah kaum muslimin di Aceh, menjadikan partai sebagai alat perjuangan untuk menegakkan syariat Islam melalui gerakan dakwah amar ma’ruf dan nahi munkar yang selaras dengan Al-Quran dan Sunnah di Aceh. Juga memperjuangkan aspirasi umat melalui lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif.
“Selain itu mewujudkan masyarakat Aceh tenang dalam beribadah, aman dari ketakutan dan sejahtera dalam kehidupan. Juga memperjuangkan terwujudnya Aceh sebagai Nanggroe Tamaddun Islam di Nusantara melalui lembaga pendidikan formal, non formal dan informal,” sebut Bustami Usman.
Bustami menjelaskan tujuan Partai Islam Aceh untuk menghimpun masyarakat Aceh dalam wadah partai politik Islam guna mewujudkan Aceh yang makmur dan sejahtera (Baldatun Thaibatun Warabbul Ghafur). Mewujudkan Aceh Islami dalam seluruh sendi kehidupan berkeluarga, bermasyarakat dan bernegara yang berlandaskan Al-Quran dan Sunnah.
“Untuk mewujudkan pemerintahan ylbersih, adil dan amanah di semua lini kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,” terang Bustami.
Ia juga menjelaskan PIA berfungsi sebagai alat pemersatu menuju kesatuan umat (umatan wahidah) dan alat perjuangan membela kepentingan politik Islam, umat Islam dan masyarakat Aceh.
“PIA juga sebagai wadah menyelenggarakan pendidikan politik bagi masyarakat, artikulator dan aspirator kepentingan masyarakat di Aceh. Selain itu sarana memperjuangkan demokrasi, hak asasi manusia (HAM) dan kemaslahatan umat,” jelas Bustami.
Sementara keynote speaker akademisi UIN Ar-Raniry yang juga antropolog, Kamaruzzaman Bustamam Ahmad dalam paparannya menjelaskan PIA harus mampu mengambil suara dari pemilih milenial yang mencapai 40%. Juga harus memberikan transformasi strategis agar Aceh bisa keluar dari kemelut dan masalah yang saat ini terjadi.
“Dalam tatanan global PIA juga harus banyak berbuat. Masyarakat sekarang sangat cepat merespon isu nasional dan global. Selain itu juga berbicara bagaimana SDA bisa bermanfaat bagi masyarakat Aceh. Hal-hal tersebut haruslah menjadi perhatian serius dari pengurus PIA untuk menatap masa depan partai di Aceh,” sebut Kamaruzzaman. (IA)