Pemerintah Aceh Luncurkan Klinik Kesehatan Hewan Keliling
“Terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam mewujudkan program ini. Kepada Dinas Peternakan Aceh, Fakultas Kedokteran Hewan USK, serta seluruh pihak yang terlibat, saya ucapkan selamat atas peluncuran program ini. Semoga Klinik Hewan Keliling dan Dokter Hewan Masuk Gampong dapat memberikan manfaat yang besar dan menjadi berkah bagi masyarakat Aceh,” pungkas Zulkifli.
Kadis Peternakan Aceh Zalsufran menjelaskan, Klinik Kesehatan Hewan dan Dokter Hewan Masuk Gampong ini bertujuan memastikan hewan peliharaan masyarakat, baik hewan kesayangan maupun hewan ternak.
“Memelihara dan menjaga kesehatan hewan adalah upaya pencegahan hulu dan lebih murah dari pada penanganan di hilir jika sudah mengiunveksi manusia,” ujar Zalsufran
“Wabah covid-19 tentu menjadi pelajaran berharga bagi kita bagaimana upaya pencegahan di hilir jauh lebih murah dibandingkan jika sudah mewabah, bahkan sejumlah negara harus melakukan lockdown, mengeluarkan biaya pengobatan hingga triliunan, ekonomi dunia merosot drastis, termasuk masyarakat peternak,” ungkap Zalsufran.
Karena itu, sambung Zalsufran, Dinas Peternakan Aceh menginisiasi kegiatan ini sebagai upaya pencegahan. Memastikan kesehatan hewan akan bermuara pada sehatnya manusia, baik hewan kesayangan maupun hewan ternak.
“Alhamdulillah, Tenaga kesehatan hewan Disnak Aceh Aceh telah memiliki pengalaman yang cukup baik pada penanganan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang beberapa waktu lalu mewabah. Saat itu, meski kasus PMK di Aceh cukup tinggi, dengan kerja keras dan kerjasama lintas sektor, Aceh mampu mansbihkan diri sebagai daerah zero PMK pada awal Oktober 2022 lalu,” kata Zalsufran.
“Kita tentu tidak ingin terjadi lagi penanganan masif dan bekerja dalam ketakutan dan kepanikan, karena itu program ini kami luncurkan sebagai upaya pencegahan. Nantinya klinik dan Dokter Hewan Masuk Gampong akan turun ke masyarakat setiap Jum’at diawal bulan. Kami berharap dengan program ini maka target kita menekan Brucellosis hingg 0,02 persen pada 2026 dapat terwujud,” kata Zalsufran.