BANDA ACEH — Badan Pusat Statistik (BPS) Acehbmerilis data survei kemiskinan terbaru per September 2021. Dalam data terbaru, penduduk miskin di Aceh naik 16,02 ribu orang sehingga totalnya menjadi 850,26 ribu orang atau 15,53 persen.
Kenaikan ini membuat Aceh menjadi provinsi kelima termiskin di Indonesia. Namun, Pemerintah Aceh menyebut sebab kemiskinan di Aceh tidak turun salah satunya dipengaruhi pandemi.
Pemerintah Aceh mengaku persentase kemiskinan Tanah Rencong stagnan pada angka 15%.
Juru Bicara Pemerintah Aceh Muhammad MTA mengatakan, tren data tersebut menunjukkan angka kemiskinan di Aceh stagnasi pada 15 persen meski ada penambahan digit desimal terkait penambahan angka kemiskinan.
Muhammad mengatakan stagnasi tersebut karena kemampuan masyarakat dalam menghadapi pandemi COVID-19. Masyarakat disebut mampu bertahan di tengah hancurnya ekonomi dunia.
“Salah satu hal tentu pada periode pemerintahan kali ini akibat hantaman pandemi global COVID-19. Dan ini berlaku mendunia, tidak hanya Aceh, tentu nasional dan kabupaten kota,” kata Muhammad, pada Kamis (3/2) seperti dilansir dari Kumparan.
Sebenarnya, kata dia, stagnasi angka kemiskinan ini semacam kemampuan semua pihak di Aceh, terutama masyarakat, dalam menghadapi pandemi global.
“Kita mampu bertahan di tengah hancurnya ekonomi dunia. Insyaallah dengan kebijakan anggaran yang memprioritaskan pemberdayaan ekonomi masyarakat ke depan kondisi ini akan membaik,” katanya.
Pemerintah Aceh akan mengambil langkah konkret bersama pemerintah kabupaten dan kota dalam mengatasi kemiskinan. Misalnya, pendampingan atas pengelolaan dana desa.
“Yang seharusnya memberikan dampak ekonomi paling mendasar di gampong-gampong,” ujar Muhammad.
Dampak pandemi sebagaimana disebut Muhammad MTA berbanding terbalik dengan persentase kemiskinan di Indonesia yang justru menurun pada September 2021, meski juga terdampak penyebaran virus.
Pada Maret 2021 kemiskinan di Indonesia 10,14 persen dan kini turun jadi 9,71 persen.
Secara umum, kemiskinan sebagian besar provinsi di Indonesia justru turun per September 2021. Aceh menjadi satu di antara lima provinsi yang kemiskinannya naik pada periode ini. Selain Aceh, ada Bali, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, dan Papua.
Ditambahkan MTA, dengan kebijakan anggaran Pemerintah Aceh yang memprioritaskan pemberdayaan ekonomi masyarakat ke depan kondisi ini akan membaik
“Menurut rilis BPS paling dampak pada permasalahan konsumsi beras dan rokok. Kita belum paham juga maksud BPS apakah semakin tinggi laku rokok maka dapat meningkatkan kemiskinan? Tapi intinya angka kemiskinan Aceh terjadi stagnasi,” lanjut Muhammad.
Dia menyebutkan Pemerintah Aceh bakal melakukan langkah kongkret bersama pemerintah kabupaten/kota sejak Musrenbang untuk menghadapi anggaran 2023. Bahkan Inmendagri Nomor 7 Tahun 2021 memerintah pemerintah menyusun rencana pembangunan Aceh (RPA) secara komprehensif.
Pemerintah Aceh mengaku telah menyelesaikan draf RPA bersama Kemendagri. Pemerintah Aceh juga bakal menggelar forum konsultasi publik pada Selasa (8/2) mendatang.
“Penting kita lakukan penanganan komprehensif bersama kabupaten/kota, karena apa yang dirilis BPS merupakan akumulasi kondisi masyarakat kita seluruh Aceh, yang tentu bersentuhan langsung dengan program-program spesifik dari anggaran-anggaran kabupaten/kota,” ujar Muhammad.
“Termasuk pendampingan kita bersama kabupaten/kota terhadap dana desa yang seharusnya memberikan dampak ekonomi paling mendasar di kampung-kampung,” lanjutnya.
Sebelumnya, BPS merilis penduduk miskin di Aceh naik menjadi 15,53%. Kenaikan ini membuat Tanah Rencong bertahan sebagai daerah termiskin di Sumatera dan masuk lima provinsi miskin di Indonesia.
Koordinator Fungsi Statistik Sosial BPS Aceh Dadan Supriadi mengatakan jumlah penduduk miskin periode Maret-September 2021 secara persentase naik 0,20 poin menjadi 15,53%. Secara angka, penduduk miskin bertambah 16,02 ribu orang.
“Jumlah penduduk miskin di Aceh pada September 2021 sebanyak 850,26 ribu orang,” kata Dadan dalam konferensi pers virtual, Rabu (2/2).
Dadan mengatakan, disparitas kemiskinan perkotaan dan perdesaan semakin berkurang. Penduduk miskin di perkotaan berjumlah 10,58% dan di desa 18,04%.
Dia mengatakan, ada sejumlah faktor yang memberi pengaruh besar terhadap garis kemiskinan. Di antaranya adalah beras dan rokok.
“Kalau kita lihat untuk komoditi makanan, di perkotaan beras menunjukkan pengaruh paling besar terhadap garis kemiskinan, yaitu 18,72%. Kemudian di pedesaan lebih besar lagi yakni 23,06%,” jelas Dadan.
“Rokok juga masih memberikan pengaruh tertinggi. Harapannya masyarakat bisa mulai beralih menggunakan pengeluaran dari rokok untuk kepentingan pengeluaran lain yang lebih produktif,” pungkasnya. (IA)