Peneliti Unsyiah Ungkap Ganja Bisa Tangkal Virus Covid-19
Banda Aceh — Peneliti dari Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Banda Aceh, Prof Dr Musri Musman, M.Sc mengungkapkan, kandungan Cannabidiol (CBD) dalam ganja yang sudah diekstrak menjadi minyak, berpotensi dapat menangkal virus Corona (Covid-19) yang menyebar dalam tubuh manusia.
Menurutnya, sistem virus Corona masuk ke tubuh manusia lewat saluran paru-paru, sehingga menimbulkan pneumonia atau radang paru. Hal itu mirip dengan kondisi kasus penyakit paru-paru karena infeksi virus tertentu.
Kemudian, ada juga penelitian yang ia peroleh bahwa ekstrak zat CBD dalam ganja, selain penyakit paru-paru juga berguna untuk penyakit asma dan herpes.
Ia menyebutkan, jika terserang penyakit paru-paru akan ditandai dengan peradangan. Akibatnya, terjadi penumpukan dan pemecahan sel-sel dalam tubuh atau disebut dengan sitokin.
Untuk mencegah itu, lanjut Musri, jika diberi CBD akan berfungsi sebagai anti peradangan dan anti inflamasi.
“Saya berkesimpulan CBD pada penyakit-penyakit itu bisa melakukan anti inflamasi. Kenapa tidak pada kasus virus Corona,” ujar Musri yang juga peneliti ganja, seperti dilansir Humas Unsyiah, Rabu (25/3).

Sementara akibat dari inflamasi, akan menyebabkan perangsangan antibodi yang berlebihan, dan akan berakibat kegagalan pada organ khusus pada tubuh seseorang.
“CBD yang dicoba, ternyata mampu menghentikan pengeluaran anti bodi yang berlebihan dari sistem imun. Ini sama dengan kasus Corona,” sebut Musri yang merupakan ahli kimia bahan alam di Unsyiah.
Musri menjelaskan, yang terpenting dalam zat yang terkandung dalam ganja ialah adanya CBD. Zat itu ada di daun ganja, bunga serta buahnya. Untuk di Aceh, menurut dia, kandungan Tetrahydrocannabinol (THC) dalam ganjanya cukup banyak, yakni hampir 30 persen. Tapi, itu tergantung masa panen dan tanam. Bahkan, bisa lebih rendah.
“Yang masalah cuma THC itu saja. Cannabis THC di Aceh bervariasi dari spesies ganja lain, yang paling banyak di kita jenis Sativa lebih banyak, ada sekitar 30 persen tapi itu tergantung masa panen. Sementara kandungan CBD itu tergantung dari varietas di Cannabis,” kata dia.
Bukan Diisap
Langkah penggunaan CBD tersebut, kata Prof. Musri, juga tidak sembarangan. Ganja tersebut harus diekstrak dulu kemudian di-fraksionasikan. Sehingga zat yang berbahaya seperti THC terpisah dari CBD.
CBD inilah yang nantinya berubah menjadi minyak. Minyak dari kandungan itu bisa diminum dengan takaran satu sendok makan. Jika terlalu banyak dikonsumsi, bisa berbahaya bagi tubuh.
“Yang penting kan CBD yang perlu kita ekstrak, menurut pengetahuan, itu akan membuktikan prediksi tadi. Itu akan berprotensi untuk menangkal Covid-19 dari kajian ilmiah ini,” ucapnya.
Kendati demikian, Musri juga tidak membenarkan jika penggunaan ganja tersebut dengan cara diisap. Menurutnya, jika diisap akan menyerang saraf otak karena kandungan THC, yang akan bekerja seperti psikotropika. Sementara penggunaan CBD jika dikonsumsi, maka akan memberikan psikoaktif dan tidak menyebabkan halusinasi.
“Tidak seperti itu (penggunaan diisap). Jika yang diisap itu THC, itu langsung ke saraf otak. Dia akan bekerja seperti psikotropika. Kalau CBD itu waktu kita makan dia tidak bersifat psikotropika tapi psikoaktif, tidak ada menyebabkan halusinasi,” sebutnya.
Untuk itu, Prof Musri siap bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan untuk melakukan uji coba terkait ekstrak ganja, untuk bisa menangkal virus corona dari dalam tubuh manusia. “Jika dibutuhkan, tentu kita siap bantu,” pungkasnya.
(Humas Unsyiah)