Ratusan Pengungsi Rohingya Kembali Masuk Aceh, Mendarat di Pidie dan Aceh Besar
PIDIE — Ratusan pengungsi warga Rohingya kembali masuk ke Aceh pada Ahad (10/12/2023). Mereka mendarat di Kabupaten Pidie dan Aceh Besar setelah diangkut dengan kapal dari Bangladesh.
Sekitar 200-an pengungsi Rohingya mendarat di Pantai Desa Blang Raya, Kecamatan Muara Tiga, Kabupaten Pidie, pada Ahad (10/12) dini hari.
Pada hari yang sama sebanyak 135 pengungsi Rohingya juga mendarat di Dusun Blang Ulam, Desa Lamreh, Kecamatan Mesjid Raya, Aceh Besar.
Panglima Laot Aceh, Miftach Cut Adek, membenarkan adanya pengungsi Rohingya yang kembali datang ke Pidie. Pengungsi itu berlabuh tengah malam tadi.
“Mereka mendarat pukul 03.30 WIB tadi. Jumlahnya sekitar 200-an,” kata Panglima Laot Aceh Miftach Cut Adek.
Ini merupakan kapal ketujuh sejak pertama kali datang pada pertengahan November 2023.
Pejabat UNHCR Indonesia, Munawaratul Makhya, memastikan ratusan etnis Rohingya itu sudah mendarat di Kabupaten Pidie. Saat ini pihaknya masih melakukan koordinasi dengan Pemerintah Daerah Pidie untuk tindak lanjut ke depannya.
“Sedang kita koordinasikan dengan Pemda,” katanya.
Sementara Kapolsek Krueng Raya Ipda Rolly Yuiza Away membenarkan sebanyak 135 pengungsi Rohingya mendarat di Dusun Blang Ulam, Desa Lamreh, Kecamatan Mesjid Raya, Aceh Besar.
“Mereka mendarat tadi pagi sekitar pukul 08.30 WIB. Jumlahnya 135 orang,” kata Kapolsek Krueng Raya Ipda Rolly Yuiza Away.
Mereka terdiri dari laki-laki, perempuan dan anak-anak itu saat ini masih berada di pantai setempat. Polisi dan TNI telah meluncur ke lokasi untuk melakukan pengamanan.
Menurut Rolly, di sekitar lokasi tempat mereka mendarat tidak ditemukan kapal. Setelah dilakukan penyelidikan, polisi menemukan kapal tersebut jauh dari lokasi.
“Kapalnya sudah ditemukan tapi jaraknya jauh dari tempat Rohingya sekarang,” jelasnya.
Dengan mendaratnya Rohingya di Aceh Besar hingga kini sudah ada sembilan gelombang kedatangan pengungsi ke Aceh. Gelombang pertama datang pada 14 November lalu.
Pengungsi Rohingya yang melakukan perjalanan dari Bangladesh menuju Indonesia, khususnya ke Aceh, disebut harus mengeluarkan biaya. Tak sedikit juga mereka harus menjual barang berharga untuk bisa berlayar meninggalkan Kamp Cox’s Bazar, Bangladesh.