Infoaceh.net

Portal Berita dan Informasi Aceh

Tahun Baru Islam 1 Muharram: Sepi di Banda Aceh, Meriah di Aceh Besar

Para peserta Pawai Ta'aruf menyambut Tahun Baru Islam 1447 Hijriah saat melintasi Kecamatan Ingin Jaya, Aceh Besar, Sabtu (28/6/2025). (Foto: Ist)

Banda Aceh, Infoaceh.net – Jum’at pagi, 27 Juni 2025, langit Banda Aceh cerah. Hari itu bukan hari biasa bagi umat Islam: 1 Muharram 1447 Hijriah, menandai masuknya tahun baru dalam kalender Islam.

Suasana peringatan Tahun Baru Islam 1 Muharram 1447 Hijriah di Banda Aceh, ibu kota Provinsi Aceh, tampak sepi dan minim kegiatan syiar keagamaan.

Hingga hari ketiga tahun baru Islam, Ahad (29/6/2025), tidak tampak pawai, doa bersama, atau bentuk kemeriahan lainnya yang biasanya menandai perayaan tahun baru hijriah.

Kondisi ini sangat kontras dengan kemeriahan perayaan tahun baru Masehi yang kerap diramaikan pesta kembang api dan acara hiburan di kota yang dikenal sebagai pusat pelaksanaan Syariat Islam tersebut.

Satu-satunya kegiatan tingkat provinsi yang tercatat adalah tausiyah di Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh, yang dihadiri Wakil Gubernur Aceh. Acara ini digelar oleh Dinas Syariat Islam Aceh secara sederhana, tanpa gebyar syiar Islam yang meriah seperti yang diharapkan masyarakat.

Namun, skala dan gema acaranya jauh dari harapan, tidak membangun atmosfer kebersamaan, apalagi semarak. Banda Aceh, Serambi Mekkah, tampak sunyi di hari yang semestinya sakral bagi umat Islam.

Tak ada tanda-tanda kemeriahan lain di ibu kota Provinsi Aceh yang dikenal sebagai wilayah syariat Islam itu.

Tak tampak iring-iringan pawai, tak terdengar lantunan zikir di jalanan, bahkan spanduk atau baliho ucapan Tahun Baru Islam pun nyaris tak terlihat.

Masyarakat menjalani aktivitas seperti hari-hari biasa. Di sejumlah masjid, tidak terdengar pengajian akbar atau tausiyah khusus menyambut pergantian tahun hijriah. Suasana hening, sunyi dari syiar.

Kalah Gaung dari Tahun Baru Masehi

Perbandingan pun tak terhindarkan. Setiap 31 Desember menuju 1 Januari, Banda Aceh meski tak seberisik kota-kota lain di Indonesia, tetap diramaikan oleh aktivitas hiburan, pesta kembang api, dan perayaan semalam suntuk — baik secara terbuka maupun tersembunyi.

Masyarakat tumpah ke jalan, tempat wisata ramai, dan media sosial dipenuhi ucapan serta kilas balik setahun.

Kontras dengan itu, peringatan 1 Muharram — simbol hijrah Rasulullah SAW, awal penanggalan Islam — justru tak mendapat perhatian yang sepadan.

Padahal, nilai spiritual dan pendidikan yang melekat pada tahun baru Islam jauh lebih dalam daripada sekadar euforia akhir tahun Masehi.

Tokoh masyarakat Aceh, Drs M Isa Alima, Ketua DPD Patriot Bela Nusantara (PBN) Aceh, mengungkapkan keprihatinan mendalam terhadap situasi ini.

“Aceh dikenal dengan penerapan Syariat Islam, tapi ketika datang tahun baru Islam, kita sunyi. Sementara ketika 1 Januari, kita malah ikut-ikutan budaya barat yang tidak ada nilai ruhiyahnya,” katanya kepada Infoaceh.net, Sabtu (28/6).

Menurut Isa, sepinya 1 Muharram di Aceh adalah cerminan dari lemahnya kesadaran kolektif untuk menghidupkan budaya keagamaan yang mendidik dan mencerdaskan. Ia menyebutnya sebagai krisis identitas.

“Ini bukan soal kegiatan seremonial semata. Ini soal jati diri. Soal bagaimana kita memposisikan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sosial kita, terutama generasi muda,” tegasnya.

Ia juga mendorong pemerintah daerah menjadikan 1 Muharram sebagai perayaan keagamaan resmi — sebagaimana peringatan Maulid Nabi, Isra Mi’raj, dan hari besar Islam lainnya yang sudah membudaya di Aceh.

Aceh Besar Menjawab dengan Syiar Meriah

Namun, tak semua wilayah di Aceh diam. Kabupaten Aceh Besar justru menjawab sunyinya 1 Muharram dengan gelaran Pawai Ta’aruf yang meriah, religius, dan sarat makna.

Sabtu (28/6), suasana di halaman Gedung Dekranasda Aceh Besar di kawasan Blang Bintang berubah menjadi lautan manusia. Ratusan peserta dari 68 kontingen — terdiri atas OPD, dayah, dan perwakilan masyarakat — berkumpul dengan mengenakan busana Muslim yang indah dan membawa atribut Islami.

Spanduk bertema hijrah, poster motivasi Islami, serta lantunan shalawat menggema sepanjang rute pawai yang melewati Bundaran Lambaro.

Acara ini dibuka oleh Bupati Aceh Besar Muharram Idris atau Syech Muharram, yang tampil dengan penuh semangat dan nada optimisme tinggi.

“Alhamdulillah, ini bukan sekadar pawai. Ini syiar Islam, ini sejarah. Tahun Baru Islam harus dibesarkan. Saya ingin menegaskan, mari kita besarkan Tahun Baru Islam. Jangan sampai kita lebih semarak memperingati tahun masehi 1 Januari dibandingkan tahun hijriah 1 Muharram . Ini adalah bagian dari jati diri kita sebagai umat Islam. Ini budaya kita. Ini identitas kita,” ujar Bupati dalam sambutannya.

Syech Muharram mengajak semua pihak menjadikan momen tahun baru hijriah sebagai titik tolak perubahan spiritual dan sosial, serta momentum kebangkitan umat di tengah tantangan zaman.

“Kita ingin generasi muda Aceh tumbuh dengan memahami makna hijrah: berpindah dari yang buruk menuju yang lebih baik. Bukan sekadar menghibur diri dengan petasan,” tambahnya.

Turut hadir dalam kegiatan tersebut Wakil Bupati Aceh Besar, Wakil Wali Kota Banda Aceh, Kepala Dinas Syariat Islam Aceh, Plt. Sekda Aceh Besar, serta unsur TNI dan Polri.

Rangkaian Penuh Makna, Antusiasme Tinggi

Kepala Dinas Syariat Islam Aceh Besar, Rusdi, menyebut bahwa antusiasme masyarakat sangat tinggi. Bahkan beberapa dayah dan pesantren mendaftarkan santrinya secara sukarela untuk ikut pawai.

“Ini menunjukkan masyarakat Aceh Besar punya semangat kuat dalam menyambut tahun baru hijriah. Mereka ingin hadir, tidak hanya secara fisik, tapi juga secara batin,” ujarnya.

Ia berharap kegiatan seperti ini menjadi agenda tahunan yang lebih besar ke depannya dan bisa menjadi model bagi daerah lain di Aceh.

Refleksi untuk Banda Aceh dan Wilayah Lainnya

Realitas yang terjadi di Banda Aceh menunjukkan bahwa keberislaman bukan hanya soal regulasi. Syariat Islam bukan sekadar qanun dan razia, tapi ruh yang hidup dalam budaya, tradisi, dan aktivitas sosial masyarakat. Tahun Baru Islam seharusnya menjadi tonggak penting untuk menghidupkan ruh tersebut.

Pengamat Sosial Aceh Drs M Isa Alima mengingatkan bahwa semangat keislaman tidak cukup hanya diwujudkan dalam kebijakan, tapi juga dalam pembiasaan budaya.

“Kalau kita tidak mulai dari sekarang, maka anak-anak kita akan tumbuh tanpa tahu makna 1 Muharram, tanpa bangga terhadap kalender Islam. Lalu, bagaimana kita bisa mempertahankan identitas sebagai Serambi Mekkah?” katanya.

Ia menyerukan agar tahun depan, seluruh pemerintah kabupaten/kota di Aceh, bersama tokoh agama, dayah, dan organisasi pemuda masjid, mulai menyiapkan peringatan 1 Muharram yang terstruktur dan bermakna.

Saatnya Hijrah Kolektif Menuju Budaya Islami

Tahun Baru Islam seharusnya bukan hanya penanggalan dalam kalender. Ia adalah simbol hijrah, transisi menuju kehidupan yang lebih baik, lebih bersih, dan lebih spiritual. Aceh yang selama ini menjadi simbol peradaban Islam di Nusantara, punya tanggung jawab moral untuk memberi contoh bahwa ruh hijrah hidup, tumbuh, dan diwariskan.

Jangan sampai 1 Muharram hanya jadi tanggal merah di kalender — tapi tak ada kegiatan atau syiar Islami dalam kehidupan masyarakat.

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

Lainnya

Kirana (2 tahun 10 bulan) menjalani hidup dengan penuh tantangan
Presiden Prabowo Subianto
Prabowo ‘Sikat’ Menteri Lambat di Karawang: Tinggalin Saja
Tertunda Sejam karena Badai, Chelsea Ngamuk dan Libas Benfica 4-1
Presiden RI Prabowo Subianto dijadwalkan meresmikan (groundbreaking) Ekosistem Industri Baterai Kendaraan Listrik Terintegrasi Proyek Dragon, Minggu, 29 Juni 2025, di Kawasan Artha Industrial Hill, Karawang, Jawa Barat. (Ist)
Polres Lhokseumawe mengungkap eksploitasi sumur minyak mentah ilegal di Gampong Kilometer 8, Kecamatan Simpang Keuramat, Aceh Utara dan menangkap seorang pelaku berinisial Bus (45), yang berprofesi nelayan. (Foto: Dok. Polres Lhokseumawe)
PT PLN UID Aceh memastikan keandalan listrik dalam menghadapi bulan suci Ramadhan 1446 Hijriah, dengan tidak melakukan pemadaman. (Foto: For Infoaceh.net)
Sembilan bulan telah berlalu sejak berakhirnya PON XXI pada September 2024, namun para atlet Aceh peraih medali masih belum menerima bonus sebagai haknya yang dijanjikan Pemerintah Aceh. (Foto: Ist)
Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) PPP Sandiaga Salahuddin Uno bersama para wirasausaha muda di Gedung Serbaguna Stadion Harapan Bangsa, Banda Aceh, Sabtu (23/12)
Letting Berprestasi Tapi Korupsi? Topan STPDN, OTT KPK Seret Nama Bobby
Muhammad terpilih sebagai Ketua Umum KONI Kabupaten Pidie untuk periode 2025–2029 melalui pemilihan secara aklamasi dalam Musorkab) XII di Sigli, Ahad (29/6). (Foto: Ist)
Dr Amri SE MSi, pengamat ekonomi dari Pascasarjana Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh
Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan (Imipas), Agus Andrianto
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terus mendalami aliran dana suap proyek jalan di Sumatera Utara yang diduga mencapai miliaran rupiah dan melibatkan jaringan kekuasaan dari kabupaten hingga kantor Gubernur.
Rekor Hitam Jokowi: 9 Menteri Terseret Korupsi, Nadiem Makarim Jadi Tambahan Terbaru
Amien Rais Ungkap 13 Masalah Penyebab Jokowi Depresi Berat
Sejumlah polisi mengikuti gladi bersih atraksi bela diri yang akan ditampilkan pada peringatan Hari Bhayangkara ke-79 di Lapangan Blang Padang, Banda Aceh. (Foto: Ist)
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, mengungkapkan semangat kerja tinggi di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto,
Beathor Sebut Jokowi Timbun Triliunan Rupiah di Bawa Tanah
Anggota Polres Intan Jaya, Bripda Ricardo Pasaribu menjadi korban penganiayaan orang tak dikenal (OTK) diduga bagian dari Kelompok Kriminal Bersenjata di Kompleks Kios Palopo, Distrik Sugapa, Intan Jaya, Sabtu petang, 28 Juni 2025.
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x