UNESCO Tetapkan Gampong Mon Ikeun dan Lam Kruet Lhoknga Daerah Siaga Tsunami
Memiliki papan informasi publik tentang gempa dan tsunami, memiliki inventaris sumber daya ekonomi, infrastruktur politik dan sosial untuk pengurangan risiko bahaya tsunami.
Memiliki peta evakuasi tsunami yang mudah dimengerti yang disusun bersama dengan pihak berwenang berkolaborasi dengan masyarakat, informasi tsunami termasuk rambu-rambu ditampilkan di publik, memiliki materi pendidikan dan kesiapsiagaan yang didistribusikan.
Melakukan pelatihan tsunami secara rutin, memiliki rencana operasi darurat tsunami yang harus dijaga dan dilatih rutin.
Memiliki kapasitas untuk melaksanakan rencana operasi kedaruratan, memiliki kemampuan menerima info gempa dan peringatan dini tsunami dalam 24 jam, 7 hari. Terakhir memiliki kemampuan menyebarluaskan info gempa bumi dan peringatan dini tsunami 24 jam 7 hari.
“Jadi itulah sebenarnya tujuan dari Tsunami Ready Community, mendorong seluruh masyarakat dan pemerintah daerah di pantai rawan tsunami agar siap. Sehingga tidak menjadi korban gempa dan tsunami,” jelasnya.
Ridwan Jamil mengatakan, saat ini Aceh Besar baru dua gampong yang telah mendapat pengakuan kesigapan masyarakatnya akan bahaya potensi tsunami.
“Masih banyak desa-desa sepanjang garis pantai khususnya di wilayah Aceh Besar, untuk itu kedepan kita mengharapkan kepada Pemerintah Pusat BMKG, BNPB, pemerintah daerah, akademisi dan dunia usaha lainnya dengan konsep pentahelix bahkan multihelix dapat terus bekerjasama membantu membangun mempersiapkan kesiapsiagaan dan ketangguhan masyarakat dalam menghadapi bencana khususnya ancaman potensi tsunami,” imbuhnya.
Pria yang akrab disapa RJ menyampaikan, di Indonesia ada 22 desa yang mendapatkan pengakuan serupa terutama desa dan masyarakat yang mempunyai potensi ancaman tsunami.
“Lhoknga merupakan wilayah yang paling terdampak saat Tsunami terjadi, dengan memiliki beberapa indikator itu, maka Gampong Mon Ikeun dan Lam Kruet layak mendapat predikat tersebut,” pungkasnya.