Aba Asnawi Lamno, Sosok Ulama Alim dan Tawadhu Penggerak Ekonomi Dayah
KEPERGIAN ulama kharismatik satu persatu telah meninggalkan duka mendalam bagi masyarakat Aceh.
Pimpinan Pondok Pesantren Budi Mesja Lamno, Aba H Asnawi bin Tgk Ramli, atau yang lebih dikenal Aba Asnawi Lamno wafat pada Kamis pagi (13/2/2025) pukul 10.00 WIB.
Ulama kharismatik ini wafat dalam usia 77 tahun.
Dikenal sebagai sosok ulama tawadhu’ dan kasih sayang, beliau memiliki ilmu yang dalam dan telah mengabdikan hidupnya untuk pendidikan dan dakwah.
Ribuan santri serta masyarakat yang pernah mendapat bimbingannya merasakan kehilangan yang amat besar.
Aba Asnawi adalah ulama yang berasal dari Mukhan Lamno, murid dari Abu Ibrahim Ishaq Lamno dan pelanjut estafet kepemimpinan Dayah Budi Lamno.
Bagi masyarakat Aceh Barat dan Aceh Jaya khususnya, tentu Aba Asnawi Ramli merupakan ulama dan panutan mereka yang tidak asing lagi.
Aba Asnawi Ramli lahir dari keluarga yang menjaga agama dan tradisi adat istiadat. Karena ayahnya Teungku Ramli selain sebagai teungku, juga seorang pemuka adat yang meneruskan tradisi endatu mereka yang masih keturunan Potemeureuhom Raja Kerajaan Daya.
Mengawali masa belajarnya, Aba Asnawi pernah mengecap pendidikan di SR Sekolah Rakyat hingga tamat. Selain belajar di sekolah, beliau malamnya diajarkan ilmu-ilmu dasar keislaman seperti Ilmu Tajwid, Tauhid, Fikih, Akhlak dengan menggunakan kitab kitab jawoe, belajar langsung dari ayahnya yang juga seorang teungku di gampongnya.
Setelah memiliki bekal ilmu yang memadai, pada tahun 1962 dalam usia 14 tahun, mulailah Aba Asnawi belajar kepada beberapa ulama yang ada di wilayahnya.
Dayah yang pertama beliau tuju dan memperdalam kajian keilmuannya ialah Dayah Bustanul Aidarusiyah yang didirikan oleh Teungku Syekh Haji Aidarus bin Teungku Haji Sulaiman atau yang dikenal dengan Abu Sabang Lamno.
Abu Sabang Lamno merupakan ulama lulusan Mekkah dan pernah belajar Kitab-kitab besar kepada seorang ulama pejuang dari Aceh Besar yaitu Teungku Chik Ahmad Buengcala rekan seperjuangan Teungku Chik Di Tiro. Abu Sabang Lamno wafat pada tahun 1953, dan secara pasti Aba Asnawi tidak berjumpa dengan Abu Sabang Lamno, namun beliau pernah belajar selama dua tahun kepada murid-murid senior Abu Sabang Lamno yang juga para ulama yang dikenal di Lamno seperti Abu Haji Salim Mahmudi yang lahir tahun 1922 dan Abu Muhammad Darimi atau Abu Nyakmi yang lahir tahun 1936.
Karena setelah wafatnya Abu Sabang Lamno, estafet Pimpinan Dayah Bustanul Aidarusiyah dilanjutkan oleh murid dan sekaligus keponakan beliau yaitu Abu Muhammad Darimi.
Setelah dua tahun belajar di Bustanul Aidarusiyah, pada tahun 1964 Aba Asnawi merantau dan belajar di Dayah Mudi Mesra Samalanga yang ketika itu dipimpin oleh Abu Abdul Aziz Samalanga atau yang dikenal dengan Abon Samalanga.
Selain belajar kepada murid-murid senior Abon seperti Abu Lhoknibong, Abu Kuta Krueng, Abon Mukhtar A. Wahab.
Aba Asnawi juga sempat belajar langsung kepada Abon Samalanga sang ulama yang ketika itu memilih mengajar lokal santri tsanawiyah, selain lokal khusus yang diajarkan Abon yaitu lokal dewan guru Mudi Mesra.
Aba Asnawi belajar di Mudi Mesra selama lebih kurang empat tahun, dengan segenap kesungguhan telah mengantarkan beliau menjadi seorang teungku muda yang telah memiliki bekal ilmu yang cukup untuk mengajar.
Pada tahun 1968 beliau pulang ke kampung halamannya Lamno, dan meneruskan belajar kepada guru besarnya Abu Ibrahim Ishaq Lamno yang baru mendirikan Dayah Budi Lamno sepulangnya dari menuntut ilmu di Padang kepada Syekh Zakaria Labaisati Malalo.
Sebelumnya Abu Ibrahim Ishaq juga belajar pada Syekh Abdul Aziz atau Abon Samalanga. Namun secara pasti Aba Asnawi tidak berjumpa Abu Ibrahim Ishaq Lamno di Samalanga, karena saat Aba Asnawi tiba di Mudi Samalanga, Abu Ibrahim Ishaq sudah berangkat ke Malalo Padang.
Tapi nama besar Abu Ibrahim Ishaq sebagai orang yang matang dalam dayah tentu sering beliau dengarkan. Barulah pada tahun 1968 beliau langsung berguru kepada Abu Ibrahim Ishaq tersebut.
Selain belajar kitab-kitab besar kepada Abu Ibrahim Ishaq Lamno, Aba Asnawi juga sudah mulai diberikan kepercayaan untuk mengajar beberapa kelas seperti kelas dua dan kelas empat.