Abon Samalanga, Tokoh Pengkader Para Ulama Aceh Kontemporer
Oleh: Dr. Nurkhalis Mukhtar El-Sakandary, Lc*
Berasal dari keluarga ulama, ayahnya Teungku Muhammad Shaleh merupakan ulama, pendiri dayah dan tokoh masyarakat setempat. Sejak usia belia Abu Abdul Aziz Shaleh atau dikenal dengan Abon Samalanga, telah dipersiapkan oleh ayahnya untuk menjadi pengawal agama dan pendidik para ulama.
Mengawali karier keilmuannya, sejak usia 7 tahun Abon Samalanga mulai belajar dari ayahnya sambil bersekolah SR pada pagi harinya. Dalam rentang waktu 7 tahun Abon Samalanga telah menampakkan talenta akan menjadi seorang alim yang rasikh ilmunya.
Dua tahun berikutnya beliau lebih menfokuskan pendalaman materi keilmuan dari ayahnya. Walaupun beliau telah menjadi seorang yang alim, namun rasa ‘haus’ terhadap ilmu pengetahuan mendorongnya untuk belajar kepada ulama kenamaan daerah setempat yaitu Syekh H Hanafiah Abbas dikenal dengan sebutan Teungku Abi yang merupakan pimpinan Dayah Mesjid Raya Samalanga dan kelak menjadi mertua Abon.
Setelah khatam belajar dari Teungku Abi, Abon Samalanga melanjutkan pendalaman ilmunya kepada Abu Idris Tanjungan selama kurang lebih tiga tahun.
Merasa masih belum cukup dengan ilmunya, dan ingin memperdalam ilmu pula yang mengantarkan Abon Samalanga untuk berangkat ke Dayah Darussalam Labuhan Haji untuk berguru langsung kepada Teungku Syekh Muhammad Waly al Khalidy yang merupakan salah satu ulama berpengaruh pada masanya.
Selama lebih kurang tujuh tahun Abon Samalanga menimba ilmu di Darussalam, dan dengan penuh ketekunan, kesabaran telah mengantarkannya menjadi seorang alim besar yang diperhitungkan.
Beliau juga santri senior Abuya kelas khusus yaitu kelas Bustanul Muhaqiqin yang diasuh langsung oleh Abuya Muda Waly.
Abon Samalanga seangkatan dengan Abu Abdullah Tanoh Mirah, sedangkan Abu Tumin dibawah mereka satu tingkat. Setelah menimba berbagai macam ilmu di Darussalam Labuhan Haji, tiba masa beliau kembali ke kampung halamannya Samalanga untuk mengabdikan ilmunya secara cuma-cuma tanpa pamrih.
Tepatnya tahun 1958 beliau meminta izin dari guru besarnya Syeikh Muda Waly untuk pulang kampung, sebelumnya di tahun 1957 temannya Abu Tanoh Mirah juga telah memohon izin kembali ke Tanoh Mirah. Adapun Abu Tumin pulang kampung setahun setelah Abon Samalanga.