Abu Hasan Kruengkalee, Syeikhul Masyayikh Ulama Aceh Periode Awal
Kedua ulama tersebut, Abu Syech Mud dan Abu Ali Lampisang kemudian dikirim untuk menjadi guru masyarakat Aceh Selatan yang ditempatkan di Blangpidie dan Labuhan Haji atas persetujuan Abu Kruengkalee dan Pemimpin Aceh Tuanku Raja Keumala.
Selain dua ulama besar tersebut, belajar juga di Dayah Abu Kruengkalee banyak ulama dan Tokoh-tokoh Aceh pada era berikutnya seperti Teungku Syekh Muda Waly, Abu Abdullah Ujong Rimba Ketua MPU Aceh, Abu Sulaiman Lhoksukon, Abu M. Yusuf Kruet Lintang, Abu Ishaq Ulee Titi, Abu Abdul Wahab Seulimum, Abu M. Saleh Aron menantu beliau, Abu Mahmud Syah Blang Blahdeh ayahnya Abu Tu Min, Teungku Letkol Nurdin Bupati Aceh Timur, Teungku Syekh Marhaban Kruengkalee anak beliau, Abu Adnan Mahmud Bakongan, Abu Idris Lamnyong Ayah Profesor Safwan Idris, Teungku Syekh Bilal Yatim al Khalidy, Teungku Mahmud Usman Simpang Ulim dan lain-lain.
Bahkan Profesor Hasbi Siddiqie juga disebut pernah belajar beberapa bulan dengan Abu Kruengkalee secara khusus. Sehingga tidak mengherankan bila tokoh sekaliber Teungku Muhammad Daud Bereueh menganggap Abu Kruengkalee juga sebagai gurunya, karena Teungku Muhammad Daud Bereueh merupakan murid dari Abu Chik Hasballah Meunasah Kumbang Kakeknya Teungku Ahmad Dewi dan murid dari Teungku Chik Pantee Geulima.
Juga ulama dari Padang Kiyai Siradjuddin Abbas penulis Buku Empat Puluh Masalah Agama menyatakan dirinya sebagai murid dari Abu Hasan Kruengkalee. Dari sini nampak kiprah Abu Kruengkalee memiliki arti yang sangat penting di mana hampir seluruh ulama Aceh pada eranya berada pada jejaring guru, sahabat, murid dalam trah keilmuan ulama Aceh.
Sebagai seorang ulama besar, dedikasi Abu Kruengkalee memiliki makna yang signifikan. Beliau berguru kepada Anak Pengarang Kitab I’anatuththalibin yang memiliki sanad dari ayahnya Syekh Sayyid Bakhri Syatta hingga ke Imam Muhammad bin Idris As-Syafi’i.
Abu Kruengkalee juga bersahabat dengan Abu Indrapuri yang kepada ayahnya Teungku Chik Umar beliau pernah belajar ketika Di Yan selain dari guru besarnya Teungku Chik Arsyad di Yan.