Abu Muhammad Zamzami Lam Ateuk, Ulama Yang Teguh Memegang Prinsip
Abu Muhammad Zamzami dikenal oleh masyarakat sebagai ulama yang konsisten dan istiqamah dalam mendidik masyarakat terutama dengan dayah yang beliau dirikan, dan murid-muridnya yang banyak membuka dayah di wilayah masing-masing.
Selain itu Abu Muhammad Zamzami juga dikenal sebagai ulama yang teguh memegang prinsip dan keyakinan beliau.
Abu Muhammad Zamzami masih keturunan ulama dan pengawal agama masyarakat Aceh Besar. Dalam dirinya mengalir darah pejuang yang diwarisi dari Teungku Chik Ahmad Buengcala yang merupakan ulama pejuang, pendiri Dayah Buengcala dan sahabat Teungku Chik Di Tiro.
Teungku Chik Ahmad Buengcala syahid di Tangse dan diantara muridnya yang terakhir di Dayah Buengcala adalah Teungku Syekh Aidarus Lamno atau dikenal dengan Abu Sabang Lamno yang merupakan guru utama para ulama Lamno Aceh Jaya.
Abu Muhammad Zamzami lahir pada tahun 1936 di Desa Lambaro Deah tepatnya di Kecamatan Kuta Baro Aceh Besar. Setelah menempuh pendidikan umumnya di Sekolah Rakyat Lam Ateuk, Abu Muhammad Zamzami mulai belajar kepada Abu Ishaq al-Amiry Ulee Titi yang merupakan murid dari Abu Muhammad Hasan Kruengkalee dan Abu Meunasah Kumbang kakeknya Teungku Haji Ahmad Dewi ulama dan orator.
Setelah lima tahun beliau belajar di Dayah Ulee Titi, merasa ilmunya masih dangkal, maka Abu Muhammad Zamzami kemudian melanjutkan kajian keilmuannya ke salah satu Dayah di Sawang Aceh Selatan yang ketika itu dipimpin oleh seorang ulama yang bernama Teungku Ishaq Jeunib atau dikenal dengan Teungku Jeunib.
Setelah beberapa tahun beliau di Dayah Sawang, Abu Muhammad Zamzami kemudian melanjutkan kajian keilmuannya pada tahun 1954 ke Dayah Darussalam Labuhan Haji yang dipimpin oleh Abuya Syekh Muda Waly.
Pada tahun 1950-an umumnya murid-murid senior Abuya Muda Waly belum banyak yang pulang kampung, karena umumnya para santri senior mulai pulang kampung di tahun 1956 seperti Syech Aidarus Abdul Ghani Kampar Riau dan Abu Imam Samsuddin Sangkalan yang pulang kampung pada tahun 1956.
Sedangkan para ulama lainnya seperti Abu Tanoh Mirah pulang di tahun 1957, kemudian menyusul tahun 1958 pulang pula Abon Samalanga, dan pada tahun 1959 Abu Tumin pulang, pada tahun 1960 Abu Daud Zamzami pulang dan ulama lainnya yang kemudian mendirikan Dayah di wilayahnya masing-masing.