Abu Nashruddin Daud, Ulama dan Politisi Aceh yang Hidup Sederhana Konsisten Berjuang Untuk Umat
Dan pada waktu itu yang mengajar adalah Abuya Muhibbuddin Waly dan para ulama lainnya termasuk Abu Tumin Blang Bladeh juga salah satu guru yang mengajar ketika itu.
Dapat dipastikan Abu Nashruddin Daud sempat bertemu dengan Abuya Syekh Muda Waly, dan mengambil ilmu dari beliau, walaupun tidak memasuki kelas Bustanul Muhaqiqin. Bahkan Abu Nash juga sempat belajar kepada Abu Imam Syamsuddin Sangkalan, ketika beliau memimpin Dayah Darussalam Labuhan Haji setelah wafatnya Syekh Muda Waly, dan Abuya Muhibbuddin Waly berangkat belajar ke Mesir.
Setelah Abu Imam Syamsuddin, kepemimpinan Dayah Darussalam dilanjutkan oleh Abuya Kiyai Jamaluddin Waly dan seterusnya dipimpin oleh Abuya Haji Amran Waly selama delapan tahun.
Pada masa kepemimpinan Abuya Jamaluddin Waly, para ulama seperti Abu Muhammad Syam Marfaly dan Abon Kota Fajar telah menjadi guru senior yang mengajarkan kitab-kitab besar seperti Kitab al Mahalli, Ihya’ Ulumuddin dan kitab-kitab lainnya.
Pada masa inilah beberapa ulama seperti Abu Muhammad Cot Puklat, Abu Ismail Ab Alue Bili, Abu Anwar Fahimi Peulumat, Abu Muhammad Ismi dan para ulama lainnya yang masih menetap dan mengajar di Dayah Darussalam Labuhan Haji.
Adapun guru senior mereka selain Pimpinan Dayah adalah Abu Muhammad Zamzami Lam Ateuk dan Abu Muhammad Syam Marfaly, karena dua ulama yang disebut terakhir lama menetap di Dayah Darussalam Labuhan Haji.
Abu Muhammad Zamzami sendiri pulang kampung sekitar tahun 1968 menetap sekitar 14 tahun dan Abu Muhammad Syam Marfaly pulang tahun 1975 menetap sekitar 17 tahun.
Abu Nashruddin Daud ulama yang tumbuh dan hadir dalam iklim Dayah Darussalam pertengahan. Abu Nash sendiri menyelesaikan seluruh jenjang belajar di Dayah Darussalam Labuhan Haji, mulai dari Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan Aliyah pesantren berhasil beliau lalui dengan lancar dan baik.
Sehingga pada tahun 1967, beliau telah menjadi seorang alim lulusan Dayah Darussalam Labuhan Haji.
Setelah menyelesaikan pendidikannya di Dayah Darussalam, Abu Nash kemudian merantau ke Banda Aceh. Karir keilmuan dan keulamaan beliau mulai bersinar, bahkan beliau diperhitungkan sebagai seorang ulama dan politisi yang dikenal oleh masyarakat secara luas.