Prof. Dr. Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Ulama Cendekia Aceh
Karena pemikiran beliau yang sudah sedikit berbeda dengan para ulama lainnya, maka beliau kemudian tidak diidentikkan lagi sebagai ulama dayah, namun dianggap sebagai tokoh dari ulama pembaharuan.
Bahkan pernah di Krueng Manee ketika Ampon Lutan, ulee balang Krueng Manee ingin menunjuk qadhi di wilayah tersebut, maka pilihan dari lulusan Dayah Abu Idris Tanjungan mengerucut kepada Teungku Muhammad Hasbi Siddiqi dan Teungku Abubakar yang dikenal dengan Abu Cot Kuta, maka pilihan jatuh ke Abu Cot Kuta.
Setelah beberapa tahun membina masyarakat di Madrasah yang dibangunnya, beliau juga mulai berkenalan dengan para ulama berhaluan pembaharuan lainnya seperti Teungku Abdul Wahab Kenaloi, Teungku Abdurrahman Meunasah Meucap, Teungku Muhammad Daud Bereueh, Teungku Abdul Hamid Tanjungan, dan para ulama lainnya yang umumnya tergabung dalam PUSA, maka tergeraklah keinginan Teungku Muhammad Hasbi berangkat ke luar Aceh yaitu ke Yogyakarta terhitung dari tahun 1951, mulailah beliau berkarir mengajar di IAIN Sunan Kalijaga. Iklim yang baru ini beliau rasakan lebih sesuai dengan haluan pemikirannya.
Pada tahun 1960 beliau sudah ditunjuk sebagai Dekan Fakultas Syariah di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta bahkan ketika dibuka Fakultas Syariah di IAIN Aceh di tahun enam puluhan beliau sempat menjadi dekan sementara.
Sebagai seorang ilmuan yang handal beliau kemudian banyak menulis dalam berbagai cabang keilmuan Islam, mulai dari fiqih, hadis, tafsir, tauhid dan berbagai judul yang lain, sehingga atas kiprahnya ini beliau diberikan gelar honouris causa sebagai Professor dari dua universitas berbeda yaitu IAIN Sunan Kalijaga dan Universitas Islam Bandung.
Walaupun memang tulisan-tulisan beliau dan ijtihad-ijtihannya kadang-kadang banyak yang dianggap terlalu berani dan diluar dari pandangan jumhur ulama, hal ini disebabkan mungkin karena keluasan bacaan dan luasnya referensi yang terkadang telah memasuki mazhab-mazhab yang tidak mu’tabar dan tidak diikuti oleh ummat Islam secara umum.
Namun demikian, atas tulisan-tulisannya yang banyak telah menempatkan Prof. Hasbi Shiddieqy sederetan dengan ilmuan penulis Indonesia lainnya seperti Prof Hamka, Prof Mahmud Yunus, Prof. Abu Bakar Aceh, Dr. Mohammad Natsir, KH Firdaus AN, Ustadz A. Hasan dan ilmuan lainnya.