Prof Ismail Yakub, Ulama Aceh Utara Penerjemah Al-Umm dan Ihya’ Ulumuddin
Setelah berkiprah beberapa tahun di Aceh, Teungku Ismail Yakub kemudian merasa ilmunya masih perlu penambahan, sehingga mengantarkan beliau belajar ke tempat yang jauh Mesir. Di Mesir puncak kematangan keilmuan Teungku Ismail Yakub bermula. Selama belajar di Universitas Al Azhar Kairo Mesir, beliau juga pernah ditunjuk sebagai salah seorang musahhih atau editor senior untuk kitab-kitab Arab Melayu yang dicetak di Matba’ah Musthafa Bab Al Halabi yaitu percetakan Arab yang mencetak banyak karya para ulama Melayu. Pada usia 38 tahun Teungku Ismail Yakub kemudian pulang kembali ke Aceh.
Karir keilmuannya makin menanjak, dimana Teungku Ismail dikenal sebagai intelektual yang produktif dalam menulis terutama tentang sejarah Aceh. Puluhan karya tulisnya dengan berbagai judul mengisi rak-rak bacaan berbagai pembaca, mulai dari pembahasan yang paling rendah hingga yang paling tinggi.
Atas kiprahnya ini, Teungku Ismail Yakub pernah mengemban amanah sebagai Rektor di Universitas Al Washliyah Medan, dan pernah pula menjadi Rektor di IAIN Sunan Ampel dan IAIN Walisongo. Ketika menjabat sebagai Rektor di IAIN Sunan Ampel, beliau dikukuhkan sebagai Profesor dalam bidang sejarah dan kebudayaan.
Di sela-sela kesibukannya, Prof TK H Ismail Yakub, SH MA masih memberikan perhatian penuh kepada literatur keagamaan. Bahkan beliau sempat menerjemahkan beberapa karya besar ulama Islam. Diantara kitab yang berhasil beliau terjemahkan adalah karya monumental Imam Muhammad bin Idris As-Syafi’i atau Imam Syafi’i dengan judul Al Umm.
Kitab terjemahan Al Umm telah dicetak dalam sebelas jilid besar. Kitab lainnya adalah kitab Ihya’ Ulumuddin karya Hujjatul Islam Abu Hamid al Ghazali atau Imam al Ghazali. Dan kitab populer lainnya adalah Muqaddimah karya Ibnu Khaldun.
Penerjemahan kitab yang dilakukan oleh beliau paling tidak telah membantu bagi mereka yang tidak menguasai bahasa Arab secara mendalam agar bisa berinteraksi dengan karya-karya besar para ulama Islam tempo dulu.
Walaupun untuk Kitab al Umm misalnya, yang memiliki tingkat kerumitan tersendiri dalam pembahasannya, maka diperlukan arahan dari guru agar bisa utuh dalam memahaminya.