Teungku Chik Di Tiro, Ulama Yang Menggelorakan Jihad Perang Sabil
Selama lebih kurang dua tahun beliau belajar di Lam Krak, kemudian beliau pulang dan mengabdikan ilmunya di dayah pamannya Teungku Chik Dayah Cut. Setelah beberapa tahun mengajar di dayah pamannya, selanjutnya beliau berangkat ke Mekkah untuk melaksanakan ibadah haji. Di Mekkah tidak terlalu lama beliau menetap, mengingat suasana Aceh yang kurang kondusif, setelah Belanda mengultimatum Kerajaan Aceh untuk menyerah, maka terjadilah perang di Aceh selama lima tahun pertama rentang waktu 1873-1878 yang merugikan kedua belah pihak, bahkan salah satu Jendral Belanda tewas.
Lima tahun Aceh bergolak, kemudian mampu dipadamkan perlawanan tersebut oleh Belanda. Sehingga pada tahun 1879-1880 Belanda telah mampu menguasai Aceh Besar dan Kuta Raja secara umum, dan Raja Aceh harus berpindah ke Keumala Dalam Pidie. Termasuk Sultan Daud Syah, Tuwanku Hasyim Banta Muda mangkubumi kerajaan Aceh beserta keluarganya harus tinggal berpindah-pindah demi menyelamatkan Kerajaan Aceh agar Raja tidak ditangkap.
Secara umum Belanda telah mampu menguasai sentral Kerajaan Aceh; Kuta Raja dan Aceh Besar ketika itu. Sebenarnya ada beberapa ulama Aceh seperti Teungku Chik Kuta Karang, Teungku Chik Tanoh Abee, Panglima Polem, ingin terus berjuang, namun kekuatan mereka telah melemah, ditambah pula politik pecah belah Belanda yang telah termakan oleh para pemimpin Aceh.
Pada saat seperti inilah hadir Teungku Syekh Muhammad Saman Di Tiro atau Teungku Chik Di Tiro untuk mengumpulkan sisa para pejuang dan menggelorakan semangat jihad Perang Sabil.
Teungku Chik Di Tiro dengan doa dan arahan Teungku Chik Dayah Cut berusaha merangkul seluruh ulama dan ulee balang dan berhasil. Maka dengan seruan Perang Sabil yang digaungkan oleh Teungku Chik Di Tiro bersatu padulah para ulama dan ulee balang seperti Teungku Chik Tanoh Abee, Teungku Chik Kuta Karang, Teuku Chik Cot Plieng, Teungku Chik Pantee Geulima, Teungku Haji Muda Kruengkalee, Teungku Chik Umar Lam U, Teuku Panglima Polem, Teuku Umar Johan Pahlawan, bahkan Raja Aceh Sultan Daud Syah dan Mangkubumi Tuwanku Banta Muda juga mendukung penuh.