Teungku Chik Kuta Karang, Ulama Pejuang dan Penasehat Perang Aceh
Cut Nyak Dhien sebagaimana disebutkan oleh masyarakat Sumedang merupakan seorang wanita yang hafidz Al-Qur’an dan perempuan berkharisma, walaupun saat itu Belanda menyembunyikan sosok Cut Nyak Dhien tersebut.
Demikian pula selain ulama-ulama yang disebutkan, adapula seorang ulama wanita yang berpengaruh, pimpinan pasukan dan temannya Cut Nyak Dien, beliau adalah Teungku Fakinah. Teungku Fakinah pada masa mudanya merupakan pejuang tangguh dan memimpin pasukan di medan peperangan. Beliau merupakan wanita yang memiliki kiprah yang besar dalam perjuangan.
Selain itu, Teungku Fakinah juga seorang ulama yang memimpin dayahnya sendiri, dan ini digelutinya setelah Aceh mengalihkan perang fisik kepada jihad keilmuan dan intelektual.
Tentunya dengan berbagai nama besar yang telah disebutkan dalam perang Aceh, maka kiprah Teungku Chik Kuta Karang sebagai penasehat perang memiliki arti penting. Karena perang Aceh periode Teungku Chik Kuta Karang adalah perang yang paling kelam bagi Belanda, dengan banyak tewas pasukannya juga menelan biaya yang tidak sedikit bagi mereka.
Teungku Chik Kuta Karang selain sebagai ulama, pejuang, penasehat perang, beliau juga penulis produktif pada masanya. Umumnya karya yang ditulis oleh beliau sangat berkenaan dengan keadaan Aceh pada masanya. Beliau menyusun Kitab Tazkirat al-Rakidin, sebuah kitab yang berisi nasehat dan seruan agar semua masyarakat Aceh bangkit melawan penjajahan Belanda, karena bila mereka resmi berkuasa, maka pasti tua, muda, wanita, anak-anak akan menjadi budak dan agamapun akan hancur binasa.
Kitab Tazkirat al-Rakidin ditulis oleh beliau setelah wafatnya Teungku Chik Di Tiro tahun 1891 dan Teungku Chik Tanoh Abee tahun 1894. Setelah wafat dua tokoh pejuang tersebut, maka Teungku Chik Kuta Karang turun bergerilya memimpin pasukan perang Aceh sesudah Teungku Chik Di Tiro.
Karya lainnya dari Teungku Chik Kuta Karang adalah tentang obat-obatan yang ditulih oleh beliau dalam tulisan melayu lama/jawi. Selain sebagai ahli dalam ketabiban, beliau juga menyusun karya dalam ilmu falak dan ilmu miqat. Teungku Chik Kuta Karang dapat disebut sebagai tokoh awal dalam kajian ilmu falaq di Aceh, dimana pada era jauh sesudahnya masyarakat Aceh mengenal Abu Kruengkalee sebagai ahli falaq, Teungku Haji Usman Maqam, Teungku Muhammad Isa Peurupok dan Teungku Ali Irsyad yang dikenal dengan Abu teupin Raya.