Teungku Peukan Blangpidie, Ulama Kharismatik Simbol Perlawanan Kolonial Belanda
Setelah syahid Teungku Peukan dan beberapa pasukannya, beliau kemudian dikuburkan langsung dengan pakaiannya, tidak diprosesi sebagaimana jenazah biasa.
Mengetahui hal yang demikian, maka Belanda menganggap Teungku di Lhoong memihak kepada Teungku Peukan dan para pejuang. Maka tidak lama setelah peristiwa penyerangan tangsie Belanda, Teungku di Lhoong tadi dikembalikan kembali ke Kuta Raja Banda Aceh.
Pada tahun yang sama pula pulang dari Kedah Yan Malaysia Abu Syech Mahmud yang baru selesai belajar di Madrasah Irsyadiah, madrasah yang dipimpin oleh Teungku Chik Muhammad Arsyad Diyan.
Sekitar lima tahun beliau belajar di Yan Kedah, dimana sebelumnya beliau telah belajar di Siem Krueng Kalee kepada Abu Haji Hasan Kruengkalee, telah mengantarkan Abu Syech Mahmud menjadi ulama muda yang diperhitungkan.
Selain alim, Abu Syech Mahmud juga dikenal dengan kezuhudan dan keluhuran budinya. Sehingga pada tahun 1926 setibanya di Lhoknga kampung asalnya, Abu Syech Mahmud diminta oleh Tuwanku Raja Keumala dan Abu Kruengkalee untuk dikirim ke Blangpidie menggantikan posisi Teungku Yunus di Lhoong yang ditarik kembali setelah peristiwa Teungku Peukan.
Maka pada tahun 1927 Abu Syech Mahmud tiba di Blangpidie, dan satu tahun berikutnya beliau membangun lembaga pendidikan yang dikenal dengan Bustanul Huda.
Abu Syech Mud sendiri merupakan pelanjut perjuangan Teungku Peukan dan Teungku di Lhoong. Walaupun memang jalur yang beliau tempuh tidak melalui perlawanan langsung, namun beliau mendidik masyarakat dengan ilmu, ketauhidan sehingga mampu berjihad secara intelektual.
Sehingga banyak murid-muridnya yang menjadi ulama terpandang salah satunya adalah Abuya Syekh Muda Waly yang menjadi sentral ulama dayah pada periode sesudahnya.
Karena memang setelah perjanjian Aceh dan Belanda pada tahun 1903, maka para ulama terbagi dua dalam perjuangan. Boleh berjuang secara fisik seperti yang ditempuh oleh Teungku Chik Mahyed Tiro dan para ulama lainnya termasuk Teungku Peukan Blangpidie.
Maupun jihad non fisik seperti yang dilakukan oleh banyak ulama yang membangun dayah dan lembaga pendidikan seperti yang dilakukan oleh Abu Meunasah Kumbang, Abu Idris Tanjungan, Abu Lambhuk, Abu Kruengkalee dan ulama lainnya termasuk Abu Syech Mahmud Blangpidie.