Teungku Syekh Haji Abbas, Ulama Besar Lambirah
Sekitar tujuh tahun beliau di Mekkah, Teungku Syekh Haji Abbas Lambirah kemudian pulang ke Aceh untuk melanjutkan estafet keilmuan para ulama Aceh. Sepulangnya dari Mekkah, beliau melanjutkan kepemimpinan Dayah Lambirah yang sebelumnya dipimpin oleh ayahnya Teungku Chik Muhammad Lambirah.
Sedangkan adiknya Teungku Syekh Haji Jakfar mendirikan lembaga pendidikannya di Jeureula masih dalam kawasan Aceh Besar. Dari Syekh Abbas Lambirah dan Syekh Jakfar tersebut jaringan ulama baru di Aceh Besar dan Banda Aceh.
Teungku Syekh Abbas Lambirah yang dikenal dengan Teungku Chik Lambirah, memiliki murid yang juga seorang ulama berpengaruh pada masanya yaitu Teungku Syekh Ibrahim yang merupakan guru besar pendiri JADAM Montasik.
Teungku Syekh Ibrahim juga pelanjut kepemimpinan Dayah Lamnga yang sebelumnya dipimpin oleh Teungku Haji Muhammad Yunus yang dikenal dengan Teungku Chik Di Dayah Lamnga. Sedangkan Teungku Syekh Jakfar yang dikenal dengan Teungku Chik Lamjabat, memiliki murid yang dikenal sebagai pembaharu pendidikan di Aceh Besar yaitu Teungku Abdul Wahab Kenaloi Seulimuem, pendiri Dayah Najdiah Kenaloi, guru dari Prof. Ali Hasymi mantan Gubernur Aceh.
Selain memiliki murid yang menjadi para ulama berpengaruh, Teungku Chik Lambirah memiliki beberapa anak yang melanjutkan estafet keilmuannya seperti Teungku Hamzah, yang merupakan ayah dari Teungku Haji Soufyan Hamzah Imam Besar Masjid Baiturrahman Banda Aceh sebelum era Prof Azman Ismail.
Sedangkan Teungku Chik Lamjabat, salah satu anaknya menikah dengan Teungku Haji Abdussalam Meuraxa yang merupakan ulama Aceh dari Kutaraja Banda Aceh. Selain itu, Teungku Haji Abdussalam Meuraxa juga murid kepada Teungku Chik Lambirah dan Teungku Chik Lamjabat dan Teungku Haji Abdussalam Meuraxa juga pernah berguru kepada ulama Bangsawan Aceh Tuwanku Raja Kemala yang merupakan teman sepengajian Teungku Chik Lambirah dan Teungku Chik Lamjabat ketika di Mekkah.
Dan kemungkinan ketiganya berguru kepada Syekh Sayyid Ahmad bin Sayyid Bakhri Syatta yang merupakan anak dari penulis Hasyiah I’anatuththalibin. Karena Syekh Sayyid Bakhri Syatta lebih duluan wafat sekitar tahun 1894, lahir sekitar tahun 1848 yang juga guru utama dari Syekh Ahmad Khatib Minangkabau dan ulama nusantara lainnya.