Teungku Syiah Kuala, Pemuka Ulama Aceh Yang Inklusif dan Berpikir Maju
Murid Syekh Abdurrauf lainnya berasal dari Jawa Barat adalah Syekh Abdul Muhyi Pamijahan yang menyebarkan Tarekat Syattariah di Jawa. Ada pula yang menyebut bahwa Syekh Yusuf al Makassari seorang tokoh yang dianggap suci oleh rakyat Afrika Selatan ketika beliau diasingkan ke sana juga murid dari Syekh Abdurrauf Singkel.
Sedangkan murid yang melanjutkan estafetnya di Aceh adalah Syekh Daud Rumi yaitu ulama keturunan Turki yang wafat di Aceh, disebutkan beliau adalah pengarang Kitab masyhur ‘Masailal Mubtadiin’. Dan banyak lagi murid Syekh Abdurrauf yang bertebaran di alam Melayu, ada yang menyebutkan bahwa pengarang Kitab Hikam Melayu Tokku Pulau Manis Trengganu yang dikenal keramat, juga murid dari beliau.
Selain sebagai guru besar, Syekh Abdurrauf Singkil juga seorang Mursyid untuk Tarekat Syattariah yang diterima dari gurunya Syekh Ahmad Qusyasyi dan Syekh Ibrahim Kurani. Umumnya jaringan Syattariah di Indonesia melewati jalur Syekh Abdurrauf Singkel mulai dari Aceh, Padang, Jawa Barat dan Sulawesi.
Walaupun Syekh Abdurrauf hidup pada abad 17, namun pemikiran keagamaannya sangat inklusif dan maju. Beliau bisa merubah iklim keagamaan Aceh dari ketegangan Konsep Wujudiah dan Wahdatu Syuhud antara pengikut Syekh Hamzah Fansuri dengan Mufti Syekh Nuruddin al Raniri ke iklim Tasawuf Sunni Akhlaki.
Karena kebesaran jiwa dan cinta masyarakat untuknya ia digelar dengan sebutan Teungku Syiah Kuala artinya ulama besar yang berkubur di Kuala, dan kuburnya sampai hari ini tidak sepi dari penziarah.
Ditulis Oleh:
Dr. Nurkhalis Mukhtar El-Sakandary, Lc (Ketua STAI al Washliyah Banda Aceh; Pengampu Pengajian Rutin TAFITAS Aceh; dan Penulis Buku Membumikan Fatwa Ulama)