Presiden: Jangan Biarkan Kasus Positif Covid-19 di Aceh Terus Melonjak
Banda Aceh — Pandemi Covid-19 yang melanda 215 negara di dunia masih berlangsung hingga hari ini, di mana 23,8 juta orang dinyatakan positif terpapar virus tersebut dengan kematian mencapai lebih dari 816 ribu jiwa. Di Provinsi Aceh sendiri, hingga hari ini ada 1.241 kasus positif Covid-19.
Saat memberikan pengarahan di Posko Penanganan dan Penanggulangan Covid-19 Aceh di Kantor Gubernur Aceh, Selasa (25/8), Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta agar angka kasus positif di Provinsi Aceh tidak bertambah lagi. Presiden mengimbau agar penerapan protokol kesehatan terus digaungkan kepada masyarakat.
“Mumpung masih dalam jumlah yang kecil, Pak Pangdam, Kapolda, agar Gubernur di-back up betul yang berkaitan dengan hal-hal yang sudah sering saya sampaikan, memakai masker, jaga jarak, cuci tangan, tidak berkerumun dan berdesakan. Ini harus diulang-ulang terus agar masyarakat kita tahu betapa sangat bahayanya kalau kita tidak pakai masker, kalau kita berkerumun dalam jumlah yang banyak,” jelas Presiden.
Turut mendampingi Presiden saat memberikan arahan antara lain Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo, Plt. Gubernur Aceh Nova Iriansyah, Pangdam Iskandar Muda Mayjen TNI Hassanudin, Kapolda Aceh Irjen Pol Wahyu Widada, Ketua DPR Aceh Dahlan Jamaluddin, Wali Nanggroe Aceh Malik Mahmud dan Wakajati Aceh, Hermanto.
Menurut Presiden, kedisiplinan dalam menaati protokol kesehatan merupakan kunci sebelum vaksinasi nanti bisa dilakukan. Indonesia sendiri telah mendapatkan komitmen 290 juta vaksin Covid-19 dari sejumlah negara.
“Insya Allah ini kita sudah mendapatkan komitmen dari Uni Emirat Arab, dari China, totalnya 290 juta vaksin yang kita harapkan nanti insyaallah sebagian besar nanti diproduksi di Indonesia, sebagian diproduksi di luar negeri. Kita harapkan nanti Insya Allah di bulan Januari sudah mulai kita vaksinasi,” tuturnya.
Kepala Negara menjelaskan, ancaman Covid-19 yang belum berakhir ini mengharuskan manajemen krisis terus dilakukan di setiap unit manajemen.