2022, BPKS Bangun Jembatan Penghubung Pulau Nasi-Pulau Breuh
SABANG – Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang (BPKS) akan memulai tahapan pembangunan jembatan penghubung sepanjang 400 meter lebih antara Pulau Nasi dan Pulau Breuh, Kecamatan Pulo Aceh, Kabupaten Aceh Besar mulai tahun 2022.
Hal itu setelah mendapatkan persetujuan anggaran dari Komisi VI DPR RI. Persetujuan itu sendiri terungkap dalam Rapat Dengar Pendapat Antara BPKS dan Komisi VI DPR RI, di Ruang Rapat Komisi VI DPR RI, Gedung Nusantara I Lt. Dasar, Jakarta, Kamis (2/9) malam.
Pimpinan Rapat Komisi VI DPR RI Gde Sumarjaya Linggih dalam kesimpulan Rapat mengungkapkan, pihaknya menyetujui alokasi anggaran untuk tahapan pembangunan jalan dan jembatan Aroih Lampuyang yang akan dimasukan ke dalam Rencana Kegiatan Anggaran Kementerian/Lembaga BPKS Tahun 2022.
”Usulan kegiatan Prioritas Nasional tersebut untuk mendukung rencana kerja Pemerintah yaitu Prioritas Nasional-2 (Mengembangkan Wilayah untuk mengurangi Kesenjangan dan Menjamin Pemerataan) dalam RPJMN yaitu Pembangunan Jalan dan Jembatan Aroih Lampuyang dan Peningkatan Diversifikasi dan Intensifikasi ke pelabuhanan,” jelas Gde Sumarjaya.
Hal tersebut menanggapi usulan Kepala BPKS Iskandar Zulkarnain kepada Komisi VI DPR RI, bahwa pembangunan Jembatan Aroih Lampuyang merupakan program Prioritas Nasional (PN).
Pemaparan Iskandar Zulkarnain juga mendapat dukungan dari Anggota Komisi VI DPR RI Nevi Zuairina dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera. “Memberikan support penuh kepada BPKS Sabang, sebagai destinasi terdepan dan terluar,” katanya.
Disamping itu, Pimpinan Rapat Komisi VI DPR RI, Gde Sumarjaya Linggih juga mendukung langkah yang dilakukan BPKS dalam pengembangan kawasan. Bahkan pihaknya sepakat menyetujui usulan penambahan anggaran berdasarkan atas paparan BPKS Sabang, membutuhkan dana Rp 20 miliar.
”Dapat terlihat dari paparan yang disampaikan sangat parah dari sisi infrastruktur, hal ini sangat penting bagi BPKS Sabang. Memberikan support penuh kepada BPKS Sabang,” kata Gde Sumarjaya Linggih.
Komisi VI DPR RI menyetujui usulan penambahan anggaran di tahun 2022 sebesar Rp 20 miliar yang diperuntukkan bagi pemeliharaan, pengawasan dan rehabilitasi jalan di Kecamatan Pulo Aceh, Aceh Besar dan mobilisasi dan pemeliharaan Kapal Tug Boat (Hibah dari LMAN).
Seperti diketahui, penduduk di gugusan Pulo Aceh seluas sekitar 240 km persegi itu masih dipisahkan oleh selat selebar sekitar 260 meter. Sehingga akses warga Pulau Nasi ke Pulau Breueh terpaksa dilakukan memutar lewat pelabuhan Ulee Lheue.
Jika menggunakan boat kecil agak berisiko karena ada pertemuan arus di mulut pelabuhan Pulau Breueh
Menurut BPKS, pembangunan jembatan penghubung antar dua pulau ini masuk kategori mendesak. Apalagi selama ini banyak hasil bumi dan laut dari dan ke dua pulau itu tidak terkoneksi dengan baik. Jembatan itu akan memudahkan warga menjalin silaturrahmi dan membangun ekonominya.
Pulo Aceh memiliki potensi ekokomi luar biasa dari sektor perikanan, perkebunan, dan pariwisata. Apalagi pulau berpenduduk sekitar 7000 jiwa ini (Pulau Breueh sekitar 5000 jiwa dan Pulau Nasi sekitar 2000 jiwa) memiliki potensi alam yang indah dan menakjubkan.
Tak cuma itu, dari sektor pertambangan, ternyata Pulau Breueh memiliki kandungan bijih besi yang cukup menggiurkan para investor.
Jika pembangunan jembatan tuntas maka hasil-hasil perikanan dari Pulau Nasi yang luar biasa potensinya akan lebih gampang dipasarkan dan diolah di Pulau Breueh.
Profil Pulau Aceh
Pulau Aceh, atau Pulo Aceh, terdiri dari gugusan dua pulau besar yaitu Pulau Breueh dan Pulau Nasi serta pulau kecil terluar.
Pulau Breueh terletak di sebelah barat laut pulau Sumatera dan di sebelah barat laut pulau Weh, Sabang. Pulau ini berada pada titik koordinat:
5°42′0″LU,95°4′0″BT.
Secara administratif pulau ini masuk dalam wilayah
kecamatan Pulau Aceh, Aceh Besar. Sedangkan ibu kota kecamatan Pulau Aceh adalah Desa Lampuyang, Pulau Breueh.
Pulau-pulau lain yang berada di sekitar pulau Breueh antara lain Pulau Nasi, Pulau Deudap, Pulau Geupon, Pulau Batee dan Pulau Weh.
Pulau Nasi terletak di sebelah timur laut pulau Sumatera dan di sebelah barat laut Pulau Weh. Pulau ini terletak di tengah-tengah antara ujung barat pulau Sumatera dengan Pulau Breueh dan titik koordinat: 5°37′0″LU,95°7′0″BT.
Secara administratif pulau ini termasuk dalam wilayah Kecamatan Pulo Aceh, Aceh Besar.
Pulau Nasi memiliki lima desa, yaitu Lamteng, Deudap, Rabo, Pasi Janeng, dan Alu Reuyeueng. Lamteng merupakan desa dengan penduduk terbanyak. Penduduk pulau Nasi kesemuanya adalah pendatang dari daratan Aceh maupun dari pulau Weh dan pulau lainnya.
Pulau-pulau lain yang berada di sekitar pulau Nasi yaitu pulau Weh, pulau Breueh, pulau Batee, dan pulau Bunta.
Pulau Breueh dan Pulau Nasi bisa tempuh menggunakan boat reguler dengan waktu tempuh 1 sampai 2 jam. (IA)