Pertemuan petani kopi dengan Direksi Bank Aceh Syariah
Banda Aceh — Merebaknya pandemi Coronavirus Disease (Covid-19) menyebabkan banyak lini usaha merasakan dampak negatif yang mengakibatkan menurunnya kemampuan ekonomi masyarakat. Tak terkecuali usaha di bidang kopi.
Bener Meriah dan Aceh Tengah yang konon mayoritas masyarakatnya adalah petani kopi paling merasakan dampak tersebut.
Merosotnya harga jual kopi membuat petani kopi kewalahan yang berimbas pada turunnya daya beli. Belum lagi dalam waktu dekat ini akan dihadapkan pada panen raya dengan stabilitas harga yang sangat tidak layak.
Dalam keadaan seperti ini, petani dan pelaku usaha kopi di berbagai lini lainnya sangat mengharapkan kehadiran pemerintah. Resi gudang adalah salah satu solusi yang paling memungkinkan didorong oleh pemerintah saat ini.
Menyambut aspirasi yang terus didengungkan oleh masyarakat Bener Meriah dan Aceh Tengah, Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) Hendra Budian mencoba mengupayakan implementasinya dengan memfasilitasi petani dan pelaku koperasi kopi Bener Meriah berdiskusi dengan jajaran direksi Bank Aceh Syariah (BAS), Selasa (12/5).
Sebagai bank milik daerah, BAS dan petani kopi membahas mengenai Sistem Resi Gudang (SRG). Pertemuan dilakukan di kantor pusat BAS.
Pertemuan tersebut dihadiri oleh seluruh jajaran direksi, mulai Direktur Utama Haizir Sulaiman, Direktur Bisnis Bob Rinaldi, Direktur Dana dan Jasa Amal Hasan, Direktur Operasional Lazuardi, dan Direktur Kepatuhan Yusmal Diansyah, serta Kepala Divisi Pembiayaan, Muslim AR.
Sementara dari koperasi kopi turut hadir Azwin (Ketua Koperasi Gayo Pratama Mandiri), beserta pengurus dan staf Koperasi tersebut.
Untuk kabupaten Bener Meriah, Koperasi Gayo Pratama Mandiri telah memiliki surat keputusan dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI) Pusat untuk mengelola Sistem Resi Gudang di Bener Meriah.
Dalam kesempatan tersebut Wakil Ketua DPR Aceh, Hendra Budian meminta kepada Bank Aceh Syariah untuk mempercepat mengeluarkan produk resi gudang sebagai produk baru dari Bank Aceh.
Hendra berharap pembiayaan dalam skema sistem resi gudang agar segera dapat dijalankan di Bener Meriah dan Aceh Tengah.
Hendra menjelaskan, sistem resi gudang adalah salah satu solusi yang untuk menjaga mutu, standar dan kualitas kopi.
“Kita tahu ada banyak persyaratan untuk bisa memasukkan kopi ke resi gudang, tapi kita harus percepat dulu pengoperasian resi gudang di Bener Meriah, ini penting sekali,” katanya.
Karena ini sifatnya sangat mendesak, Hendra mengaku permasalahan ini sering ia diskusikan bersama Plt Gubernur. “Saya berharap kepada Pak Dirut dan seluruh jajaran direksi Bank Aceh Syariah dapat menyegerakan sistem resi gudang ini,” harap Hendra Budian.
“Bank Aceh Syariah sebagai bank daerah harus mengambil tanggungjawab lebih sebagai bentuk hadirnya pemerintah di tengah permasalahan yang sedang dihadapi masyarakat saat ini,” tambahnya.
Menyahuti permintaan tersebut, Dirut BAS Haizir Sulaiman menyanggupi dan berjanji akan bekerja lebih cepat agar kebutuhan masyarakat dapat segera terpenuhi.
Hendra berharap agar sistem resi gudang di Bener Meriah dapat menjadi solusi terbaik bagi masyarakat Petani Kopi di Bener Meriah di tengah-tengah kondisi sulit seperti ini.
“Kita harus mempersiapkan diri untuk musim panen selanjutnya, jangan sampai di masa panen raya harga kopi anjlok lagi, kita kira ini solusi yang harus segera kita percepat sembari kita carikan solusi lain.
Kehadiran saya di DPRA bisa menjadi ujung lidah masyarakat Aceh Tengah Bener Meriah untuk mencari solusi terbaik, segala upaya akan kita tempuh,” pungkas Hendra. (IA)