Gaji Karyawan Gojek Tembus Rp60 Juta, Driver Cuma Rp3 Juta: Ketimpangan yang Terlalu Nyata
Jakarta, Infoaceh.net – Gojek adalah perusahaan teknologi yang menyediakan berbagai layanan mulai dari transportasi, logistik, pembayaran digital, hingga kebutuhan gaya hidup. Lalu, berapa sebenarnya kisaran gaji yang bisa didapat jika bekerja sebagai karyawan di perusahaan teknologi raksasa ini?
Didirikan oleh Nadiem Makarim, Kevin Aluwi, dan Michaelangelo Moran, Gojek telah menjelma menjadi simbol inovasi digital yang mengubah cara masyarakat Indonesia hidup, bekerja, dan bertransaksi.
Tak mengherankan jika Gojek kini menjadi incaran para pencari kerja, baik lulusan baru maupun profesional berpengalaman yang ingin berkarya di industri teknologi.
Namun sebelum melamar, penting untuk mengetahui gambaran kisaran gaji yang diterima oleh para karyawan Gojek.
Kisaran Gaji Karyawan Gojek
Untuk posisi entry-level seperti staf administrasi, call center, atau customer service, gaji yang ditawarkan Gojek berkisar antara Rp3 juta hingga Rp8 juta per bulan.
Sementara itu, untuk posisi menengah seperti supervisor, legal officer, atau tim operasional, gaji yang diterima berada pada kisaran Rp8 juta hingga Rp20 juta per bulan.
Adapun untuk posisi senior, berdasarkan informasi dari situs Upah Kerja, Gojek dikabarkan menawarkan gaji sebesar Rp20 juta hingga Rp60 juta per bulan.
Perlu dicatat, Gojek tidak secara resmi mengumumkan rincian gaji berdasarkan jabatan. Namun sejumlah informasi yang beredar di internet dapat memberikan gambaran umum mengenai kisaran penghasilan yang mungkin diperoleh.
Berikut daftar beberapa posisi dan estimasi gajinya di Gojek berdasarkan informasi dari Upah Kerja:
-
Account Manager: Rp12.100.000
-
Android Engineer: Rp7.600.000
-
Area Sales Manager: Rp8.500.000
-
Backend Engineer: Rp7.200.000
-
Brand Strategy & Planning Lead: Rp5.800.000
-
Call Center: Rp3.100.000
-
Compensation and Benefits Manager: Rp7.100.000
-
Copywriter: Rp4.000.000
-
Customer Service: Rp3.700.000
-
Data Analyst: Rp5.000.000
-
iOS Engineer: Rp11.300.000
-
Lead Android Engineer: Rp12.300.000
-
UX Writer: Rp5.000.000
-
Web Developer: Rp6.500.000
Karyawan Tetap vs Mitra Driver: Jurang Pendapatan yang Lebar
Gojek memiliki dua kategori utama pekerja: karyawan tetap dan mitra driver.
Karyawan tetap bekerja di balik layar, menangani berbagai aspek operasional perusahaan seperti teknologi, pemasaran, hukum, dan layanan pelanggan. Mereka bekerja di kantor dan memperoleh berbagai fasilitas, mulai dari gaji tetap, tunjangan kesehatan, hingga hak cuti.
Sebaliknya, mitra driver bekerja secara independen di lapangan. Mereka tidak menerima gaji bulanan, melainkan penghasilan berdasarkan jumlah order yang diselesaikan setiap hari.
Berdasarkan data dari Balitbang Kementerian Perhubungan (Kemenhub), rata-rata penghasilan mitra Gojek berkisar:
-
Rp1 juta – Rp2 juta per bulan untuk mitra paruh waktu
-
Rp3 juta – Rp5 juta per bulan untuk mitra penuh waktu di area dengan permintaan tinggi
Jika dirata-ratakan, penghasilan harian mitra Gojek aktif berkisar antara Rp100.000 – Rp200.000, tergantung dari jumlah order yang diselesaikan.
Namun, di sinilah terlihat jurang yang lebar antara mitra driver dan karyawan tetap. Sebagai contoh, seorang pegawai call center Gojek bisa mendapatkan Rp3,1 juta per bulan dengan jam kerja dan kondisi kerja yang stabil. Sementara itu, mitra driver yang bekerja di lapangan dengan paparan risiko tinggi hanya memperoleh Rp2 juta hingga Rp3 juta per bulan—tanpa tunjangan atau jaminan sosial.
Untuk posisi strategis seperti engineer atau manajer, gaji bisa mencapai Rp60 juta per bulan, yang tentu sangat jauh jika dibandingkan dengan penghasilan rata-rata mitra driver.
Tak sedikit yang menilai bahwa penghasilan mitra tidak selalu mencerminkan tingkat kerja keras dan risiko yang mereka hadapi setiap hari di jalan.
Mengapa Perbedaan Ini Terjadi?
Perbedaan struktur kerja menjadi faktor utama. Mitra driver Gojek bukanlah karyawan tetap, melainkan pekerja independen yang tidak terikat kontrak kerja formal.
Mereka tidak mendapatkan gaji bulanan, tunjangan kesehatan, cuti tahunan, ataupun fasilitas lainnya yang dinikmati oleh karyawan tetap. Bahkan seluruh biaya operasional, seperti bensin, perawatan kendaraan, dan risiko kecelakaan ditanggung sendiri.
Meski begitu, status kemitraan ini juga memberikan keleluasaan bagi mitra untuk mengatur jam kerja mereka sendiri, sesuatu yang kerap dianggap sebagai nilai tambah dalam fleksibilitas.
Namun tetap saja, ketimpangan pendapatan ini menjadi perhatian tersendiri dalam diskusi soal keadilan ekonomi digital di Indonesia.