ILUSTRASI. Gedung Kantor Bank Aceh Syariah
JAKARTA — Pandemi Covid-19 diprediksi bakal menekan permodalan bank daerah yang sejatinya punya paparan yang cukup minim. Mengingat pasar utama bank daerah berasal dari kredit konsumer, terutama berasal dari kredit para pegawai daerah.
Asosiasi Bank Daerah (Asbanda) mencatat, kini setidaknya ada 139.028 debitur dengan nilai kredit Rp 35,94 triliun yang terimbas Covid-19. nilai tersebut setara 7,84% dari total kredit bank daerah pada Januari 2020 senilai Rp 457,95 triliun.
Meskipun paparannya tergolong minim, namun Ketua Umum Asbanda Supriyatno bilang potensi risiko bagi bank daerah cukup besar. Alasannya mayoritas bank daerah berada di kelas bank umum kegiatan usaha (BUKU) 1, dan BUKU 2.
“Modal BUKU 2, dan 1 terbatas. Katakanlah setengah debitur terimbas dapat restrukturisasi atau 3,5% dari total kredit. Ini bisa diatasi jika Covid-19 membaik dalam 2-3 bulan. Kalau sudah sampai 6 bulan ini pasti akan parah,”
Ia menaksir, bank daerah bakal mengalami kesulitan permodalan jika total kredit yang terimbas Covid-19 mencapai lebih dari 5%. Sementara dari catatan kontan, dari 27 bank daerah, cuma ada 4 BUKU 4. Sisanya ada 19 BUKU 2, dan 4 BUKU 1. 17 bank daerah di antaranya juga masih memiliki modal inti di bawah Rp 3 triliun.
Beruntungnya, bank daerah punya kelonggaran dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terkait kewajiban pemenuhan modal inti Rp 3 triliun pada 2024. Sementara secara umum ketentuan tersebut mestinya dipenuhi pada 2022.
PT Bank Pembangunan Daerah DIY misalnya memprediksi akibat Covid-19, capital adequacy ratio perseroan bisa menurun dari posisinya kini pada level 24% menjadi paling minimum 20%.
“Dari perhitungan kami CAR masih akan batas aman, jika NPL meningkat, CAR kami juga masih akan berada di atas 20%, sehingga sebenarnya belum ada urgensi tambahan modal,” kata Direktur Pemasaran BPD DIY Agus Trimurjanto kepada KONTAN.
BPD DIY yang hingga akhir tahun lalu punya modal inti Rp 2,01 triliun disebut Agus tetap akan tetap mendapat penyertaan modal dari Pemda secara rutin.
Apalagi, pada 2025, perseroan juga menargetkan bisa memiliki modal inti mencapai Rp 4 triliun. Sebagai catatan, tahun lalu BPD DIY menerima tambahan modal Rp 437 miliar.
Meski demikian, Agus mengaku akibat pandemi Covid-19, rencana penambahan modal tahun ini agak sedikit terganggu. Perseroan mesti menunggu belanja anggaran Pemda hingga akhir tahun.
Direktur Pemasaran PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Selatan dan Bangka Belitung Antonius Agro Prawiro juga menyataka hal senada. CAR perseroan bisa tergerus hingga 55 bps akibat Covid-19.
“Kuatal I-2020, CAR kami masih aman pada level 17,81%, dari perhitungan kami sendiri dengan dampak berat CAR bisa tergerus menjadi 17,26%, sementara dengan skenario sangat berat bisa menjadi 17,16%,” katanya kepada KONTAN.
Makanya tahun ini perseroan juga tengah menunggu penambahan modal dari Pemda yang ditargetkan senilai Rp 128 miliar. modal perseroan juga akan ditambah dari penyisihan laba perseroan tahun lalu senilai Rp 178 miliar.
Adapula Corporate Secretary PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara Syahdan Siregar bilang sepanjang triwulan I-2020 perseroan telah menerima penambahan modal Rp 150 miliar.
Ini yang bikin CAR Bank Sumut kini juga masih cukup kokoh di level 19,11%. Meski demikian Syahdan mengaku pandemo Covid-19 turut mengganggu sejumlah aksi perseroan. Salah satunya terkait target melantai di bursa tahun ini.
“Dengan kondisi saat ini, kami akan menjadwalkan ulang targetnya pada tahun depan,” katanya.**
Artikel ini telah tayang di kontan.co.id dengan judul “Pandemi covid-19 menggerus modal bank daerah “