JAKARTA — Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) melakukan gerak cepat usai penemuan sumber cadangan migas besar atau giant discovery di laut sebelah utara Aceh pada 2023.
Pihak SKK Migas mengatakan percepatan proses produksi dilakukan agar temuan tersebut dapat segera dioptimalkan.
“Mayoritas investor migas yang hendak melakukan eksplorasi akan memilih wilayah kerja (WK) yang sudah memiliki infrastruktur dan lebih dekat dengan pasar sehingga hal ini perlu menjadi pertimbangan agar setiap temuan ini bisa segera dioptimalkan,” kata Deputi Eksplorasi, Pengembangan, dan Manajemen Wilayah Kerja SKK Migas Benny Lubiantara dalam keterangan di Jakarta, Ahad (31/12).
Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) Mubadala Energy, perusahaan asal Uni Emirat Arab (UEA) mengumumkan penemuan besar cadangan gas bumi in place di WK South Andaman dengan potensi lebih dari 6 trillion cubic feet (TCF).
Temuan gas jumbo itu berasal dari umur eksplorasi Layaran-1. Lokasi tersebut sekitar 100 kilometer lepas pantai Sumatera bagian utara.
WK South Andaman merupakan WK migas yang dilelang pada 2018 dan baru diteken kontrak pengelolaannya oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Mubadala Energy pada Februari 2019 dengan menggunakan mekanisme kontrak gross split.
Benny mengharapkan dengan temuan itu, investor asing kembali melirik dan memasukkan Indonesia sebagai portofolio investasi ke depan. Untuk itu, ia menyampaikan perlu ada perbaikan dari sisi fiscal term maupun non fiscal term (ease of doing business).
“Kita perlu melakukan perbaikan yang benar-benar baik. Artinya, perbaikan tersebut bisa meningkatkan daya pikat investasi Indonesia, mengingat saat ini kita tengah dalam kondisi bersaing dengan negara-negara lain,” ujarnya.
Setelah penemuan itu, ia juga mengharapkan adanya percepatan proses menuju onstream. Ia menargetkan jika sesuai dengan rencana, pada 2028-2029 proyek South Andaman sudah mulai onstream.
“Tahun 2024 akan dimulai appraisal-nya, 2025-2026 sudah plan of development (POD) dan di 2028-2029 sudah onstream,” kata Benny.
Sementara itu, Presiden Direktur Mubadala Energy Indonesia Abdulla Bu Ali mengatakan penemuan itu merupakan bagian dari program Mubadala Energy ke depan dalam mendukung target produksi Indonesia pada 2030, yaitu 1 juta barel minyak bumi per hari dan 12 miliar kaki kubik gas bumi per hari.
“Indonesia memiliki potensi yang luar biasa terkait cadangan migas, penemuan ini patut disyukuri dan diharapkan dapat mendukung target produksi tahun 2030,” kata dia.
Ia mengatakan setelah penemuan tersebut, Mubadala Energy akan mempercepat proses untuk memulai pengeboran sumur eksplorasi lainnya di WK yang sama. Karena itu, Mubadala Energy membutuhkan dukungan dari berbagai pihak agar rencana tersebut dapat terwujud.
“Kami berharap dukungan dari semua pemangku kepentingan agar kami bisa melanjutkan penemuan ini dan dapat membantu untuk mencapai target yang dicanangkan pemerintah,” ujar Abdulla.
Abdulla mengakui dalam beberapa tahun belakangan, banyak perbaikan yang sudah dilakukan oleh pemerintah dalam hal kepastian hukum dan fiscal term. Apalagi saat ini, pemerintah sudah melonggarkan dan memberikan fleksibilitas dalam hal mekanisme kontrak gross split maupun cost recovery.
“Kami mengapresiasi pemerintah dalam hal ini Kementerian ESDM dan SKK Migas dalam mendorong perbaikan-perbaikan regulasi maupun fiscal term untuk mendukung KKKS,” katanya.
Temuan Migas di Aceh Melebihi Arab Saudi, Jumlahnya 4,68 Miliar Barel
Seperti diketahui, Cadangan Minyak dan Gas (Migas) dengan jumlah 4,68 miliar barel ditemukan di Aceh. Penemuan cadangan Migas jumbo ini diklaim melebihi cadangan di Arab Saudi.
Lokasi tepatnya berada di sumur Eksplorasi Layaran-1 South Andaman. Lokasi tersebut sekitar 100 kilometer lepas pantai Sumatera bagian utara, Indonesia.
Blok ini merupakan blok migas yang dilelang pada 2018 dan baru diteken kontrak pengelolaannya pada Februari 2019 dengan menggunakan sistem fiskal gross split.
Jika temuan itu berhasil dieksplorasi dan dimanfaatkan dengan baik, dinilai bisa bikin masyarakat Aceh tak ada yang miskin lagi.
“Jika itu berhasil maka diprediksi kita (Aceh) tidak miskin lagi”, kata Wakil Ketua DPRA Teuku Raja Kemangan dikutip Jum’at (29/12/2023).
Ia membeberkan, dari data yang ia dapatkan, cadangan minyak dan gas itu diprediksi sebanyak 4.685 milliar barrel. Lebih besar dari yang dimiliki Arab Saudi yang hanga 267 miliar barel.
Bukan hanya Arab Saudi, jumalh cadangan migas yang ditemukan di Aceh itu lebih besar dari Venezuela yang hanga 303 miliar barel. Padahal negara itu nerupakan negara dengan cadangan migas terbesar saat ini.
Penemuan itu dibenarkan Kepala Departemen Formalitas dan Komunikasi SKK Migas Sumbagut, Yanin Kholison. Ia mengatakan penemuan potensi cadangan migas baru itu ada di blok Andaman II di area offshore sekitar 150 mil laut.
Tenaga Ahli Lingkungan SKK Migas Mohammad Kemal mengatakan, penemuan cadangan migas di wilayah tersebut telah menarik perhatian dunia internasional.
“Untuk long term-nya di atas 2028 kita akan melihat dari potensi-potensi eksplorasi, yang paling besar tentunya adalah di Andaman Integrated. Di sana ada beberapa WK yang kemarin temuan dari Timpan 2 itu mengundang banyak atensi dari dunia internasional, dari pada geolog-geolog internasional, yang memperkirakan bahwa di sana bisa ditemukan giant discovery,” jelas Mohammad Kemal.
“Dapat kami sampaikan untuk total sumber daya area Andaman terakumulasi sebesar 4,68 miliar barel oil equivalent, dengan rincian discovery 260 juta barel equivalent, prospect 1,97 miliar barel equivalent, dan lead 2,63 miliar barel equivalent,” tandasnya. (IA)