Perang Iran-Israel Meledak, Harga Minyak Meroket: Pertamina Siaga, BBM Non-Subsidi Terancam Naik?
Infoaceh.net – Eskalasi konflik Iran-Israel terus meningkat, terutama setelah Amerika Serikat (AS) turut menyerang fasilitas nuklir Iran pada akhir pekan kemarin.
Kondisi ini menyebabkan harga minyak dunia tercatat mencapai level tertinggi dalam lima bulan terakhir pada Senin (23/6/2025), seiring kekhawatiran investor yang menanti langkah lanjutan Teheran pasca-bergabungnya AS ke dalam perang tersebut.
Ketika dikonfirmasi mengenai dampaknya pada harga produk-produk BBM Pertamina, Vice President Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso, mengatakan bahwa Pertamina melalui Pertamina Patra Niaga akan terus memantau perkembangan kondisi harga minyak dunia di tengah perang Iran-Israel.
Pihaknya akan tetap berpegang pada regulasi yang ada dan faktor terkait lainnya, seperti kurs rupiah.
“Untuk harga BBM non-subsidi, secara berkala akan terus di-review oleh Pertamina Patra Niaga dengan mengacu pada regulasi dan beberapa faktor, antara lain harga minyak mentah dan kurs rupiah,” kata Fadjar saat dihubungi VIVA, Senin (23/6/2025).
Mengenai rencana Iran yang akan menutup Selat Hormuz, yang berdampak pada 20 persen pelayaran minyak mentah global, Fadjar tidak membantah jika hal itu tentunya akan memengaruhi distribusi minyak mentah dunia, termasuk bagi Pertamina.
Sebagai langkah antisipasi, Fadjar mengakui bahwa Pertamina telah mengamankan kapal-kapal miliknya.
Selain itu, Pertamina juga telah mengalihkan rute kapal-kapal tersebut ke jalur aman demi menjaga keberlangsungan rantai pasok, seperti misalnya melalui Oman dan India.
“Tapi untuk saat ini, secara umum pasokan kita masih terkendali,” ujarnya.
Diketahui, langkah AS yang akhirnya masuk poros Israel dalam perang melawan Iran telah mendongkrak krisis Timur Tengah dan memicu kekhawatiran pasokan minyak bagi dunia.
Akibatnya, harga minyak naik lebih dari 2 persen dan menjadi yang tertinggi sejak Januari 2025, usai AS menyerang situs nuklir Iran hingga menimbulkan risiko bagi aktivitas global dan inflasi.
Dilaporkan, Brent naik relatif terkendali 2,7 persen pada US$79,12 per barel, sementara minyak mentah AS naik 2,8 persen menjadi US$75,98 per barel.
Meski demikian, pasar saham dikabarkan masih menunjukkan ketahanan, dengan kontrak berjangka S&P 500 yang turun 0,5 persen dan kontrak berjangka Nasdaq yang juga anjlok 0,6 persen.