TAKENGON — Pihak Kepolisian Resort (Polres) Aceh Tengah akhirnya berhasil mengungkapkan motif kasus penculikan seorang anak di Aceh Tengah, yakni siswi MIN 1
Takengon berinisial N (12) yang menghebohkan publik Aceh dan media sosial beberapa hari lalu.
Kasat Reskrim Polres Aceh Tengah AKP Ahmad Arief Sanjaya mengatakan, setelah didalami dari pelaku, motif dari kasus penculikan anak ini adalah Human Trafficking atau perdagangan manusia.
“Pelaku berniat untuk menjual korban. Ia masih mencari jaringan yang bisa membeli. Ini terus kita dalami,” kata AKP Ahmad Arief Sanjaya dalam konferensi pers di Mapolres Aceh Tengah, Jum’at (10/9) seperti dilansir dari LintasGAYO.
Menurutnya, selain akan dijual saat kejadian pelaku juga memberi ancaman kepada korban hingga pelecehan seksual.
“Meski hasil visum menyatakan korban tidak mengalami luka robek di bagian sensitifnya, tapi pelaku sempat melakukan pelecehan terhadap korban, saat istri korban tidak berada di tempat,” ungkap Arief.
Ditimpali, saat ini pelaku berinisial K dan istrinya W sudah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus ini.
Pelaku Rencanakan Penculikan
Sejak 2 Bulan, Pura-Pura Jadi Tukang Becak
Kasat Reskrim Polres Aceh Tengah AKP Ahmad Arief Sanjaya juga mengatakan, pelaku penculikan anak yang viral beberapa waktu lalu ternyata sudah merencanakan aksinya sejak 2 bulan.
“Targetnya, anak sekolahan. Modus pelaku berpura-pura jadi tukang becak untuk memuluskan aksinya,” Kata Arief, Jum’at (10/9).
Menurut Arief, becak yang digunakan pelaku menculik anak tersebut merupakan becak sewaan. “Jadi pelaku bukan tukang becak resmi. Itu becak sewaan,” ungkapnya.
Dijelaskan, saat melakukan aksinya beberapa waktu lalu, pelaku berinisial K membujuk korban menaiki becak. Setelah mau, korban tak langsung dibawa kabur.
“Pelaku terlebih dulu beralasan mengisi bensin, setelah itu baru menjemput istrinya yang tengah berkemas. Setelah itu baru korban dibawa kabur,” katanya.
Arief menambahkan, pelaku dan istrinya membawa korban kabur melintasi kawasan Bur Lintang. Sesampai di sana, becak yang mereka kendarai mogok dan ditinggal di tempat.
“Kemudian pelaku membawa korban berpindah-pindah melintasi hutan Bur Lintang. Mereka hanya memakan buah-buahan yang ada di perkebunan warga, seperti buah jambu dan nangka. Mereka juga menginap di rumah perkebunan warga,” ujarnya.
Dikatakannya, kasus tersebut kemudian menjadi perhatian serius oleh masyarakat. Tak hanya polisi, masyarakat dan berbagai elemen lainnya turut membantu pencarian.
“Saat pelaku ditemukan di salah satu rumah kebun, emosi warga tak terbendung. Pelaku dan istrinya dihakimi massa,” pungkasnya. (IA)