dr Firzalinda: Merokok Berpengaruh Terhadap Stunting
ACEH BESAR — Rokok menjadi sumber masalah kesehatan. Tidak hanya kepada perokok itu sendiri, paparan asap yang ditimbulkan dari rokok juga berpengaruh terhadap kesehatan.
Salah satunya bahaya yang ditimbulkan dari rokok adalah menyebabkan terjadinya stunting pada anak.
Hal itu disampaikan oleh Kepala Puskesmas Kecamatan Lhoknga, Aceh Besar dr Firzalinda MKM, Kamis (15/9/2022).
“Ada 10 kasus stunting di Kecamatan Lhoknga yang kami temukan disebabkan oleh rokok serta pola asuh yang salah. Penyebabnya adalah ada bapak merokok di samping ibu yang sedang hamil, saat menyusui dan lain-lain.
Jadi, dari situlah awal penyebab terjadinya stunting. Maka dari itu kami sekarang mendorong pemerintah desa untuk berkerja sama, bagaimana di desa itu walaupun tidak bisa berhenti merokok, tapi, jangan merokok di dalam rumah. Karena besar sekali pengaruhnya terhadap anak,” dr Firzalinda MKM di Lhoknga.
Firzalinda menjelaskan, sekarang pihaknya sedang mendorong semua pemerintah desa di Kecamatan Lhoknga untuk membuat sebuah Qanun Gampong tentang Kawasan Tanpa Asap Rokok.
“Dan Alhamdulillah, sekarang di Desa Mon Cut yang sudah membuat/mengeluarkan Qanun Gampong kawasan tanpa asap rokok/tidak merokok di dalam rumah. Jadi, di Desa Meunasah Mon Cut ada tempat-tempat atau wilayah tertentu untuk bisa merokok,” katanya.
Lanjutnya, khusus untuk warga yang ekonominya susah, petugas Puskesmas juga memberikan makanan tambahan.
“Nah, bagian pemberian makanan tambahan, pihak Puskesmas berkerja sama dengan keuchik untuk mengalokasikan dana desa, agar makanan tambahan yang diberikan sesuai standar yang sesuai dengan kementerian kesehatan Indonesia, sekarang di wilayah Lhoknga untuk pemberian makanan tambahan sudah sesuai standar dan kami selalu pantau bersama tim pendamping keluarga dari BKKBN,” ungkapnya.
Disamping itu, mengenai angka stunting di Kecamatan Lhoknga di bulan Januari tahun 2022 di angka 6,3 persen dan pada bulan Agustus turun di angka 4,7 persen.
“Kenapa bisa turun dari 6,3 ke 4,7 persen. Ternyata yang 6,3 persen itu kemarin belum semua anak Balita yang datang ke Posyandu, setelah kami pantau hanya 80 persen Balita yang datang ke Posyandu makanya dapat 6,3 persen. Dengan kejadian ini kami atur strategi bagaimana kita berkerja sama dengan kader dan keuchik untuk mendorong/memotivasi masyarakat biar datang ke posyandu.