Anwar Ibrahim 2 Kali Dipenjara, Kini Dilantik Jadi Perdana Menteri ke-10 Malaysia
Keputusan Sultan Abdullah menunjuk Anwar menjadi PM Malaysia ini mengakhiri kebuntuan politik yang menyelimuti Malaysia selama berhari-hari sejak pemilu digelar 19 November lalu. Tidak ada partai mau pun koalisi politik yang meraup mayoritas mutlak — memperoleh 112 kursi dari total 222 kursi parlemen — untuk membentuk pemerintahan baru.
Tiga koalisi utama, yakni Pakatan Harapan, Perikatan Nasional dan Barisan Nasional mendapatkan masing-masing 82 kursi, 73 kursi dan 30 kursi, yang berujung pada parlemen gantung untuk pertama kalinya di Malaysia.
Partai-partai dan koalisi politik gagal mencapai konsensus setelah hasil pemilu dirilis, yang membawa Malaysia ke dalam ketidakpastian selama lima hari.
Hingga akhirnya rapat khusus digelar oleh Raja-raja Melayu dan Sultan Abdullah di Istana Negara pada Kamis (24/11) sekitar pukul 11.00 waktu setempat. Rapat khusus itu memungkinkan Sultan Abdullah meminta pandangan dan pendapat dari para Raja Melayu soal pembentukan pemerintah baru.
Karier politik Anwar Ibrahim bisa dibilang penuh lika-liku terjal termasuk saat menghuni penjara.
Seperti dilansir AFP dan Malay Mail, Kamis (24/11/2022), Anwar (75) memiliki karier politik yang panjang dan membentang selama empat dekade terakhir di Malaysia. Ketua Partai Keadilan Rakyat (PKR) ini bahkan dijuluki pemimpin oposisi abadi karena cukup lama memimpin oposisi pemerintahan.
Karier politik Anwar dimulai tahun 1982 silam, ketika dirinya yang masih berstatus pemimpin pemuda Muslim bergabung dengan Partai Organisasi Kebangsaan Melayu Bersatu (UMNO) — partai politik besar yang berkuasa selama lebih dari 60 tahun di Malaysia.
Sosoknya melejit dan karier politiknya meroket saat dia terpilih menjabat sebagai Menteri Keuangan dan kemudian Wakil PM pada awal tahun 1990-an di bawah pemerintahan Mahathir. Saat itu, sosok Anwar menjadi penyeimbang muda untuk veteran politik seperti Mahathir.
Berseteru dengan Mahathir, Anwar dan Mahathir dianggap sebagai duo paling dinamis dalam perpolitikan Malaysia pada saat itu. Namun tak diduga, hubungan keduanya memburuk tak lama kemudian.