RIYADH – Seiring dengan adanya kematian kedua akibat Covid-19 di Arab Saudi, diumumkan pula lockdown di Riyadh, Mekkah, dan Madinah.
Akses keluar masuk ditutup di tiga kota tersebut, sedangkan pembatasan perjalanan juga akan dilakukan pada 13 wilayah lainnya.
Lockdown diumumkan pada Rabu (25/3/2020) dan telah disetujui oleh Raja Salman. Jam malam juga dimajukan mulai pukul 15.00, dari yang sebelumnya pukul 19.00 waktu setempat.
“Negeri Petrodollar” itu sebelumnya menerapkan jam malam mulai Senin (23/3/2020) selama 21 hari, setelah adanya lonjakan kasus infeksi.
Lalu, kematian kedua yang merupakan warga asing berusia 46 tahun di Mekkah membuat Pemerintah Arab Saudi mengeluarkan kebijakan lebih ketat.
Penerbangan internasional ditangguhkan, dan penangguhan terhadap visa untuk umrah sepanjang tahun. Masjid, sekolah, mal, dan restoran juga ditutup.
Peraturan ini mengubah ritme kehidupan sehari-hari di negara berpenduduk sekitar 30 juta orang itu.
Sebelumnya, pertemuan larut malam di kedai kopi atau di rumah adalah hal biasa, tetapi sekarang tidak bisa dilakukan.
Salah seorang warga dari Turki bernama Nasif Erisik, yang bermain kartu hampir setiap malam dengan teman-teman di salah satu rumah mereka, mengatakan, dia dan teman-temannya kini bermain secara online.
“Corona telah mengubah kebiasaan kita dan segalanya dalam hidup kita,” kata Erisik, dikutip dari Reuters.
Pihak berwenang mengatakan, para pelanggar akan didenda atau dipenjara.
Kasus kematian pertama Covid-19 di Arab Saudi diumumkan pada Selasa (24/3/2020).
Berdasarkan keterangan kementerian kesehatan, korban meninggal adalah warga Afghanistan. Dia mengembuskan napas terakhir di Madinah.
Pekan lalu, Raja Salman menyatakan bahwa kerajaannya bakal menghadapi “pertarungan lebih sulit”. Sebab, selain wabah corona, mereka juga dihantam penurunan harga minyak.
Pihak kerajaan menyatakan, mereka bakal mengucurkan paket stimulus besar, yakni sebesar 120 miliar riyal, sekitar Rp 526,8 triliun.
Selain itu, Riyadh dilaporkan juga berencana mengajukan pinjaman yang total nilainya mencapai 50 persen dari GDP negara.
Larangan ataupun paket stimulus juga diberlakukan negara lain di kawasan Teluk, setelah 2.100 kasus Covid-19 ditemukan di kawasan tersebut.
//KOMPAS.COM