ASEAN Imbau Thailand-Kamboja Tahan Diri, Anwar Ibrahim Ambil Peran Redam Ketegangan Baku Tembak Perbatasan
Kuala Lumpur, Infoaceh.net – Malaysia sebagai Ketua Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) menyerukan kepada Thailand dan Kamboja untuk menahan diri pasca insiden baku tembak antar tentara kedua negara di wilayah perbatasan yang menewaskan satu personel militer Kamboja.
Pernyataan ini disampaikan langsung oleh Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, usai menghubungi PM Thailand Paetongtarn Shinawatra dan PM Kamboja Hun Manet melalui sambungan telepon, Jumat (6/6/2025).
“Malaysia sangat menghargai hubungan baik kedua negara. Terkait hal ini, saya mengimbau Thailand dan Kamboja untuk terus menahan diri,” ujar Anwar dalam pernyataan resminya dari Putrajaya.
Sebagai ketua ASEAN 2025, Malaysia mengambil posisi aktif dalam meredam ketegangan yang dinilai berpotensi mengganggu stabilitas kawasan.
PM Anwar menyampaikan apresiasi atas komitmen kedua negara untuk menyelesaikan perselisihan melalui jalur diplomatik dan negosiasi damai.
“Sebagai Ketua ASEAN, saya yakin semangat kerja sama regional dan prinsip penyelesaian damai ASEAN dapat memberikan landasan kokoh dalam menyelesaikan setiap perselisihan,” tegasnya.
Anwar juga menyerukan kepada kedua negara untuk segera mengambil langkah-langkah konkret meredakan ketegangan, dan memastikan insiden serupa tidak kembali terjadi.
Insiden bermula pada 28 Mei 2025, saat terjadi kontak senjata antara militer Thailand dan Kamboja di wilayah perbatasan Ubon Ratchathani (Thailand) dan Preah Vihear (Kamboja). Bentrokan singkat ini mengakibatkan tewasnya satu anggota tentara Kamboja.
Pascainsiden, pihak Kamboja menyatakan akan membawa kasus ini ke Mahkamah Internasional (ICJ), sebagai bentuk protes atas dugaan pelanggaran wilayah dan kematian prajurit mereka.
Sementara itu, pemerintah Thailand menyatakan tetap berkomitmen menyelesaikan masalah perbatasan secara damai, berdasarkan hukum internasional, perjanjian bilateral, dan nota kesepahaman yang berlaku.
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja bukan hal baru. Sengketa perbatasan kerap mencuat sejak beberapa dekade terakhir, terutama di kawasan sensitif seperti candi Preah Vihear, yang menjadi objek konflik teritorial.
Situasi ini kembali menguji kapasitas ASEAN sebagai blok regional yang selama ini menjunjung tinggi prinsip non-intervensi, namun dituntut mampu merespons cepat konflik intra kawasan.
Di bawah kepemimpinan Malaysia, ASEAN diharapkan lebih sigap dalam menjaga harmoni regional tanpa membiarkan konflik bilateral berkembang menjadi krisis terbuka.