Bantu Israel Keroyok Hamas, AS Kirim Kapal Induk dan Jet Tempur
WASHINGTON — Amerika Serikat (AS) mengirimkan kapal induk penyerang ke Mediterania Timur sebagai tanggapan atas serangan Hamas terhadap Israel.
Keputusan itu diumumkan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin pada Ahad, 8 Oktober.
“Hari ini, sebagai tanggapan atas serangan Hamas terhadap Israel, dan setelah diskusi rinci dengan Presiden (Joe) Biden, saya telah mengarahkan beberapa langkah untuk memperkuat postur Departemen Pertahanan di kawasan guna meningkatkan upaya pencegahan regional,” kata Austin.
“Saya telah mengarahkan pergerakan Kelompok Serangan Kapal Induk USS Gerald R. Ford ke Mediterania Timur,” tambahnya.
Selain kapal induk USS Gerald R. Ford, kelompok tersebut juga mencakup sebuah kapal penjelajah rudal dan empat kapal perusak rudal, kata pejabat itu.
Menurut Austin, Washington juga mengambil langkah untuk memperkuat skuadron pesawat tempur F-35, F-15, F-16, dan A-10 di wilayah tersebut.
AS berjanji memberikan bantuan militer kepada sekutu dekatnya, Israel, termasuk amunisi. Menteri Pertahanan mengatakan bahwa gelombang pertama bantuan keamanan akan mulai dikirim pada 8 Oktober dan tiba dalam “hari-hari mendatang.”
Hamas melancarkan serangan dengan skala yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Israel pada 7 Oktober, menyusup ke wilayah Israel melalui darat dan dengan pesawat ultralight sambil membom permukiman Israel.
Presiden AS Joe Biden berjanji akan memberikan dukungan yang solid dan tak tergoyahkan bagi keamanan Israel.
Namun, media melaporkan bahwa pemerintahan Biden khawatir gejolak politik yang terjadi baru-baru ini di Dewan Perwakilan Rakyat, termasuk kursi Ketua DPR yang kosong, dapat menghambat persetujuan bantuan.
Lembaga think tank Institute for the Study of War yang berbasis di AS mengatakan pada 7 Oktober bahwa Rusia kemungkinan akan berusaha mengeksploitasi serangan Hamas terhadap Israel untuk mengalihkan dukungan dan perhatian Barat dari Ukraina.
Sumber-sumber propaganda pro-Rusia mungkin mencoba untuk melemahkan dukungan militer terhadap Ukraina dan berupaya mendemoralisasi masyarakat Ukraina dengan mengklaim bahwa Ukraina akan kehilangan dukungan dari sekutu Barat, menurut analis ISW.