Infoaceh.net, Washington — Calon Presiden Amerika Serikat dari Partai Republik Donald Trump memenangkan pemilihan presiden (pilpres) Amerika Serikat (AS) 2024.
Trump keluar sebagai pemenang Pilpres AS setelah berhasil meraih suara popular terbanyak sekaligus meraup suara elektoral lebih dari ambang batas minimal yang dtetapkan pada Rabu (6/11).
Berdasarkan penghitungan cepat The New York Times, Trump meraup 70.700.924 suara popular sementara lawannya dari Partai Demokrat, Kamala Harris, hanya meraup 65.846.569 suara.
Dari suara elektoral, Trump meraih 277 suara dari total 538 suara elektoral. Sementara itu, Harris meraih 224 suara elektoral.
Dalam sistem pilpres AS, capres yang memenangkan 270 atau lebih suara elektoral keluar sebagai pemenang. Dengan sistem ini, seorang calon presiden bisa menang pilpres meski kalah suara popular (popular vote).
Namun, dengan hasil ini, Trump memenangkan pilpres AS 2024 dengan meraup suara popular sekaligus suara elektoral terbanyak.
Hasil ini menjadikan Trump sebagai presiden terpilih AS.
Meski Trump telah dinyatakan memenangkan Pilpres AS 2024, proses pemilihan masih akan dilanjutkan ke tahap dewan elektoral yang akan berlangsung pada 17 Desember.
Senat baru akan meresmikan hasil pemilu AS pada 25 Desember mendatang.
Trump bakal resmi dilantik sebagai Presiden AS ke-47 pada 20 Januari 2025.
Sebelumnya, Donald Trump telah memberi tahu para pendukungnya, setelah kampanye pemilihan AS yang sukses, bahwa ia tidak punya keinginan untuk memulai perang.
Trump berjanji bahwa pemerintahan keduanya akan mengantar masuk “zaman keemasan Amerika” yang baru.
Sementara pidato perayaannya difokuskan pada kebijakan dalam negeri, Trump juga mengatakan negara itu membutuhkan “militer yang kuat dan tangguh, dan idealnya kita tidak perlu menggunakannya.”
Selama masa jabatan pertamanya dari tahun 2017 hingga 2021, ia mengklaim “kami tidak berperang” dalam arti bahwa AS hampir tidak terlibat dalam konflik bersenjata besar yang baru.
“Empat tahun kami tidak berperang, kecuali kami mengalahkan ISIS, kami mengalahkan ISIS dalam waktu singkat,” katanya, mengacu pada kampanye militer internasional di Timur Tengah melawan organisasi teroris ISIS.
“Mereka mengatakan dia akan memulai perang. Saya tidak akan memulai perang. Saya akan menghentikan perang,” tambah Trump.
Trump telah berulang kali mengklaim bahwa dia akan menghentikan konflik antara Rusia dan Ukraina “dalam 24 jam”, jika terpilih, bahkan mungkin sebelum secara resmi memangku jabatan presiden.
Meskipun pemerintahannya memang mengirim senjata ke Kiev menjelang eskalasi konflik, Trump sendiri tidak lagi berada di Ruang Oval ketika Moskow menerbitkan proposal untuk menyelesaikan ketegangan yang meningkat pada bulan Desember 2021.
Trump tidak pernah mengumumkan rencananya untuk mengakhiri konflik Ukraina. Ia dilaporkan bermaksud untuk menekan Moskow dan Kiev dan memaksa keduanya untuk membuat konsesi.