Jendela Sejarah Kota New York
Pemandangan kamar tamu khas di Hotel Roosevelt seperti yang terlihat pada tahun 1925 dalam majalah Hotel Monthly. (Public domain, courtesy of HathiTrust)
1979: Hotel ini berpindah tangan beberapa kali sebelum akhirnya Pakistan International Airlines, dengan dukungan dari Pangeran Saudi Khalid bin Faisal Al Saud, mengambil alih pengelolaannya dari keluarga pengusaha real estate New York. Perjanjian tersebut mencakup opsi pembelian hotel seharga $36,5 juta setelah 20 tahun, sebuah kesepakatan yang akhirnya diselesaikan oleh maskapai tersebut pada 2000.
Dianggap sebagai aset nasional oleh pemerintah Pakistan, Roosevelt menjadi tempat menginap pilihan bagi perdana menteri Pakistan dan pejabat tinggi lainnya yang berkunjung ke New York. Pada akhir 1990-an, hotel ini juga menyelenggarakan pertunjukan langsung di Grand Ballroom yang dibawakan oleh Junoon, band rock terbesar Pakistan.
2020-2023: Dalam beberapa dekade terakhir, Roosevelt menghadapi kesulitan keuangan. Pada 2020, hotel ini menutup pintunya untuk tamu dengan alasan “lingkungan yang belum pernah terjadi sebelumnya” akibat pandemi. Pada 2023, hotel ini mendapat kesempatan baru ketika Kota New York menandatangani kontrak sewa tiga tahun senilai $220 juta untuk menjadikannya tempat penampungan dan pusat pemrosesan migran.
Namun, sewa tersebut hanya menjadi solusi sementara bagi hotel yang sedang berjuang. Pada Februari 2024, Wali Kota Eric Adams mengumumkan bahwa kota membatalkan kontrak sewa tersebut, menandai berakhirnya sebuah era dalam sejarah New York. [ah/ft]
Sumber: VOA Indonesia