Terkuak! Saat Israel Brutal Serang Kapal Perang AS USS Liberty: Salah Sasaran di Tengah Perang Enam Hari
Infoaceh.net – Hubungan Amerika Serikat (AS) dan Israel yang dikenal sangat dekat dan harmonis ternyata pernah ternodai oleh sebuah insiden brutal dan mengejutkan. Pada 8 Juni 1967, kapal perang Angkatan Laut AS, USS Liberty, diserang secara membabi buta oleh Israel di perairan internasional dekat Semenanjung Sinai.
Kala itu, USS Liberty sedang berlayar tenang, menjalankan misi intelijen rahasia. Namun, ketenangan itu mendadak sirna sekitar pukul 09.00 waktu setempat ketika alarm peringatan kapal berbunyi nyaring. Kapten kapal, William L. McGonagle, segera menuju layar radar dan melihat sejumlah titik bergerak cepat mendekati kapal, yang kemudian teridentifikasi sebagai pesawat tempur.
McGonagle segera melaporkan situasi tersebut kepada Laksamana William Martin di Armada Keenam Angkatan Laut Amerika Serikat. Namun, sebelum sempat menerima respons, dua pesawat tempur tersebut langsung melepaskan tembakan ke arah Liberty. Serangan mendadak ini menewaskan sembilan awak kapal dan melukai lebih dari 70 lainnya, termasuk Kapten McGonagle yang terluka di lengan dan paha.
Awalnya, McGonagle menyangka serangan berasal dari militer Mesir, sehingga ia memerintahkan anak buahnya untuk membalas tembakan. Situasi pun makin memanas ketika beberapa kapal torpedo Israel mendekat dan ikut menyerang. Salah satu tembakan meriam mereka menghantam bagian kapal, disusul lima torpedo, yang salah satunya menyebabkan ledakan dahsyat.
Ledakan ini menewaskan 25 awak kapal, sehingga total korban tewas mencapai 34 prajurit. William D. Gerhard dalam bukunya Attack on the USS Liberty (2009) menyebut mayoritas korban selamat juga mengalami luka bakar parah akibat ledakan tersebut. Kapal Liberty sendiri berada di ambang kehancuran dan nyaris tenggelam.
Di tengah kekacauan, pihak penyerang tiba-tiba terlihat ragu. Mereka, yang awalnya yakin telah menargetkan musuh, mulai merasakan kejanggalan karena kapal yang diserang tidak memberikan perlawanan berarti. Beberapa menit kemudian, ketika salah satu sekoci penyelamat USS Liberty berhasil didekati, lambang resmi Angkatan Laut Amerika Serikat terlihat jelas. Saat itulah kesalahan besar terungkap: kapal yang diduga musuh itu ternyata milik Angkatan Laut AS, dan serangan brutal tersebut dilakukan oleh sekutu dekat, yakni Israel.
Israel Salah Sasaran di Tengah Perang Enam Hari
Dalam penceritaan James M. Ennes dalam Assault on the Liberty (1987), insiden ini terjadi di tengah meningkatnya tensi Perang Enam Hari antara Israel dan negara-negara Arab. Meskipun AS tidak terlibat langsung dalam pertempuran tersebut, Pentagon merasa penting untuk mengumpulkan data intelijen.
USS Liberty dikirim sebagai kapal intelijen dalam misi rahasia. Kapal itu berlayar sendirian tanpa pengawalan, tanpa identitas yang jelas, dan tanpa mengibarkan bendera AS. Keberadaannya bahkan tidak diinformasikan kepada negara lain, termasuk Israel.
Keputusan untuk merahasiakan kehadiran kapal ini kelak menjadi awal petaka. Di hari-hari awal perang, Israel memang sudah mencurigai adanya kapal asing yang bergerak tanpa identitas di perairan internasional, yang saat itu telah ditutup. Militer Israel tidak menyadari bahwa kapal tersebut adalah bagian dari operasi militer AS.
Kecurigaan itu makin menguat pada 8 Juni 1967, ketika Israel menerima laporan tentang serangan terhadap pasukannya. Mereka menduga serangan itu berasal dari kapal perang. Melihat adanya kapal asing yang selama ini mereka curigai, militer Israel kemudian menganggap kapal itu sebagai milik Mesir, musuh mereka dalam perang, dan langsung melancarkan serangan.
Begitu Amerika Serikat mengetahui bahwa USS Liberty diserang, reaksi keras langsung muncul dari Washington. Pemerintah AS awalnya mengira serangan dilakukan militer Rusia, namun setelah terkonfirmasi bahwa serangan dilakukan oleh sekutu sendiri, kemarahan pun meledak.
Israel kemudian mengakui kesalahan dan menawarkan kompensasi sebesar US$12 juta untuk keluarga para korban. Meskipun Presiden Lyndon B. Johnson (1963-1969) menerima permintaan maaf dan tawaran kompensasi tersebut, kasus ini meninggalkan luka mendalam. Banyak pihak, termasuk keluarga korban, merasa bahwa pemerintah AS tidak cukup tegas terhadap Israel, mengingat tragedi USS Liberty merupakan serangan pertama terhadap kapal militer AS setelah Perang Dunia II (1939-1945).