Infoacehnet

Portal Berita dan Informasi Aceh

Hari Ini Penduduk Bumi Capai 8 Miliar Manusia, Sumber Daya Terancam

Jumlah manusia di bumi mencapai 8 miliar pada 15 November 2022

JAKARTA — Populasi Bumi mencapai 8 miliar orang pada hari ini, 15 November 2022. Rekor bersejarah bagi peradaban umat manusia!

Peradaban manusia membutuhkan 12 tahun untuk menambah populasi dari 7 miliar menjadi 8 miliar orang. Sedangkan untuk mencapai populasi 9 miliar orang setidaknya dibutuhkan 15 tahun dari sekarang, yang artinya angka tersebut baru akan tercapai pada 2037.

Dilansir dari situs Persatuan Bangsa-bangsa (PBB), pertumbuhan populasi manusia ini merupakan dampak baik dari berkembangnya fasilitas kesehatan publik, nutrisi, kebersihan pribadi, serta teknologi farmasi.

Selain itu, hal ini juga terjadi berkat tingkat kesuburan yang tinggi dan persisten di beberapa negara.

Manusia sendiri pertama kali hadir di Bumi sekitar 2,8 juta tahun lalu. Menurut catatan, fosil manusia pertama yang diketahui berasal dari periode tersebut dan ditemukan di wilayah Afrika Timur.

Meski manusia sudah ada sejak jutaan tahun lalu, populasi manusia di Bumi baru tumbuh dengan sangat signifikan pada abad ke-19.

Sebelum abad ke-19, manusia hidup dengan budaya berburu dan meramu yang hidup berpindah-pindah. Hal ini membuat mereka hanya memiliki sedikit anak dibandingkan dengan masyarakat yang hidupnya sudah menetap di satu tempat.

Meski pertumbuhan populasi di masa lalu agak lambat, peradaban manusia mengalami lonjakan populasi pertamanya sebelum tahun masehi.

Pengenalan pertanian di era Neolitik, sekitar 10.000 Sebelum Masehi (SM) membawa lompatan populasi besar pertama yang diketahui.

Pasalnya, pertanian memunculkan sedentarisasi (menetapnya populasi yang semula nomaden) dan kemampuan untuk menyimpan makanan, yang menyebabkan tingkat kelahiran melonjak.

“Ibu dapat memberi makan bayi bubur, yang mempercepat proses penyapihan dan mengurangi jumlah waktu antara kelahiran, yang berarti lebih banyak anak per wanita, “jelas Herve Le Bras, seorang peneliti di Institut Prancis untuk Studi Demografi (INED), seperti dikutip ScienceAlert.

Meski demikian, perkembangan pemukiman permanen juga membawa bahaya. Domestikasi hewan menyebabkan manusia tertular penyakit mematikan baru.

Tingkat kematian anak sangat tinggi, dengan sepertiga dari total anak-anak meninggal sebelum ulang tahun pertama mereka, dan sepertiga lainnya sebelum mereka berusia 18 tahun.

Bayang-bayang kematian tak hanya membayangi manusia di masa tersebut, pada abad pertengahan umat manusia dilanda pandemi yang dikenal dengan Black Death.

Pandemi yang berawal dari Asia Tengah pada 1346 ini memusnahkan 60 persen populasi Eropa, Timur Tengah, dan Afrika Utara hanya dalam waktu 8 tahun.

Pandemi Black Death membuat populasi manusia pada tahun 1300 hingga 1400 menurun dari 429 juta menjadi 374 juta orang.

Baru pada abad ke-19 atau tahun 1800-an populasi manusia melonjak pesat. Dalam 200 tahun terakhir populasi manusia melonjak 8 kali lipat dari 1 miliar orang menjadi 8 miliar orang saat ini.

Tanggal 15 November 2022 menjadi tonggak sejarah baru bagi kehidupan manusia, di mana populasi Bumi telah menembus angka delapan miliar manusia. Sebagian besar ahli berpendapat bahwa masalah besarnya bukan terletak pada angka populasi, melainkan tingkat konsumsi sumber daya yang berlebihan oleh para penduduk terkaya di planet ini.

“Delapan miliar orang, ini adalah tonggak sejarah penting bagi kemanusiaan,” kata kepala Badan Kependudukan PBB Natalia Kanem, yang juga turut menyerukan adanya peningkatan harapan hidup serta jumlah kematian ibu dan anak yang semakin berkurang.

“Namun, saya menyadari momen ini mungkin tidak dapat dirayakan oleh semua orang. Beberapa menyatakan keprihatinannya bahwa dunia kita ini kelebihan penduduk. Menurut saya, banyaknya nyawa manusia bukanlah alasan untuk kita takut.”

Banyak ahli berpendapat bahwa padatnya populasi Bumi saat ini bukanlah masalah utamanya. Alih-alih fokus pada ketakutan akibat kelebihan penduduk, mereka justru menekankan topik permasalahan konsumsi sumber daya yang berlebihan oleh para oknum terkaya di planet ini.

“Terlalu banyak ini untuk siapa, berlebihan ini untuk apa? Jika Anda bertanya kepada saya, apakah saya terlalu berlebih? Saya rasa tidak,” kata Joel Cohen dari Laboratorium Populasi Universitas Rockefeller kepada media AFP.

Cohen juga menambahkan bahwa pertanyaan tentang berapa banyak orang yang dapat didukung oleh Bumi ini memiliki dua sisi, yakni secara batas alam dan pilihan manusia itu sendiri.

‘Bodoh dan serakah’

Manusia lebih banyak memilih mengonsumsi sumber daya alam Bumi, seperti hutan dan tanah, daripada sumber daya yang dapat diregenerasikan kembali oleh planet ini setiap tahunnya.

Seperti halnya dengan konsumsi bahan bakar fosil yang berlebihan juga telah menyebabkan lebih banyak emisi karbon dioksida di atmosfer dan bertanggung jawab atas pemanasan global.

Manusia membutuhkan biokapasitas sekitar 1,75 Bumi untuk memenuhi kebutuhan populasi yang lebih berkelanjutan, menurut Global Footprint Network dan WWF.

Laporan iklim terbaru PBB juga menyebutkan bahwa pertumbuhan penduduk bumi sebagai salah satu penyebab utama meningkatnya efek gas rumah kaca. Namun ternyata, angka pertumbuhan penduduk hanya memainkan peran yang lebih kecil daripada pertumbuhan ekonomi di planet ini.

“Kita bodoh. Kita tidak memiliki pandangan yang jauh ke depan. Kita serakah. Kita tidak menggunakan informasi yang kita miliki. Di situlah letak pilihan dan masalahnya,” tambah Cohen.

Meskipun begitu, Cohen menolak gagasan yang menyebutkan bahwa manusia adalah kutukan di planet ini. Dia justru mengatakan bahwa manusia dapat memiliki potensi untuk memilih pilihan yang lebih baik.

“Dampak kita di planet ini lebih disebabkan atas dorongan perilaku kita daripada jumlah kita,” kata Jennifer Sciubba, seorang peneliti di Pusat Wilson.

“Sungguh malas dan begitu merusak untuk terus-menerus kembali ke (topik) kelebihan penduduk,” tambah Sciubba. Dia berpendapat bahwa hal ini akan memungkinkan oknum-oknum di negara-negara kaya yang paling banyak mengonsumsi sumber daya bumi, untuk terus menyalahkan kesengsaraan planet ini ke negara-negara berkembang dengan angka pertumbuhan populasinya yang cukup tinggi.

“Nyatanya, ini tentang kita. Ini tentang saya dan Anda, AC yang saya nikmati, kolam renang yang saya miliki di luar (rumah), dan daging yang saya makan di malam hari, yang menyebabkan lebih banyak kerusakan.”

Menurut WWF, jika semua orang di planet ini hidup seperti warga India, kita hanya perlu kapasitas 0,8 Bumi per tahunnya. Sedangkan, jika semua manusia mengonsumsi layaknya warga Amerika Serikat, justru kita membutuhkan lima planet Bumi dalam setahun.

PBB memperkirakan bahwa planet ini akan menjadi rumah bagi 9,7 miliar manusia pada tahun 2050 mendatang.

Pengendalian angka kelahiran
Salah satu pertanyaan sulit yang muncul ketika membahas persoalan kependudukan adalah tentang pengendalian angka kelahiran. Bahkan bagi sebagian besar yang percaya bahwa Bumi perlu menurunkan angka populasinya, masih tetap bersikukuh untuk melindungi hak-hak perempuan tersebut.

Direktur Eksekutif NGO Population Matters Robin Maynard mengatakan bahwa perlu adanya penurunan angka populasi, tetapi “hanya melalui cara yang positif, sukarela, serta tetap menghormati hak-hak” dan bukan “sebuah contoh yang menyedihkan” dari upaya pengendalian populasi itu sendiri.

LSM Project Drawdown mengusulkan solusi meningkatkan pendidikan dan program keluarga berencana sebagai beberapa dari 100 solusi teratas untuk menghentikan pemanasan global.

“Populasi yang lebih kecil dengan tingkat konsumsi yang berkelanjutan, akan mengurangi permintaan energi, transportasi, material, makanan, dan sumber daya alam.”

Vanessa Perez dari Institut Sumber Daya Dunia berpendapat bahwa “setiap orang yang lahir di planet ini memberikan tekanan tambahan pada planet ini.”

“Ini adalah masalah yang sangat pelik,” kata Perez. Dia juga menambahkan bahwa penduduk bumi harus menolak “gagasan bahwa grup elit telah menangkap narasi ini dan mengatakan bahwa kita perlu membatasi pertumbuhan penduduk di wilayah Selatan.”

Perez percaya debat yang paling menarik bukanlah tentang jumlah penduduknya, melainkan “distribusi dan pemerataan.”

Cohen juga menunjukkan bahwa meskipun saat ini kita menghasilkan pasokan makanan yang cukup untuk delapan miliar orang, masih ada 800 juta lainnya yang “kekurangan gizi secara kronis.”

“Konsep ‘berlebihan’ ini menghindari masalah yang jauh lebih sulit, yaitu: apakah kita menggunakan ilmu kita untuk membuat populasi manusia saat ini menjadi lebih sehat, produktif, bahagia, damai, dan sejahtera semampu kita?” (IA)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini

Lainnya

Penandatanganan MoU oleh Wali Kota Banda Aceh Illiza Sa’aduddin Djamal dan Wakil Direktur KAHP, Mr Hyun Seung Kim, di Pendopo Wali Kota Banda Aceh, Ahad (27/4). (Foto: For Infoaceh.net)
Bupati Aceh Besar Syech Muharram Idris menyerahkan bola kepada juri dalam Turnamen Bola Kaki eksekutif dalam rangka Silaturrahmi di Lapangan Sepakbola Meunasah Tuha, Kecamatan Peukan Bada, Aceh Besar, Sabtu (26/4/2025)
Prodi Magister Ekonomi Syariah UIN Ar-Raniry meraih akreditasi Unggul dari Lembaga Akreditasi Mandiri Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi
Seorang pengedar narkoba diamankan polisi usai baku tembak di halaman Masjid Al-Ikhlas, Gampong Keude Bagok, Kecamatan Nurussalam, Aceh Timur, pada Sabtu malam (26/4). (Foto: Dok. Polres Aceh Utara)
Wali Kota Banda Aceh Illiza Sa'aduddin Djamal menyampaikan sambutan pada Zikir dan Tabligh Akbar di Lapangan Blang Padang, Sabtu malam (26/4/2025) dalam memperingati HUT ke-820 Kota Banda Aceh
Dinas Pendidikan (Disdik) Aceh menjadi lahan bisnis Pokir Anggota DPRA
Tiga remaja diduga terlibat tawuran diamankan personel dari TNI dan Polri di sekitar lapangan Blang Padang Banda Aceh, Ahad dini hari (27/4/2025). (Foto: Dok. Polresta Banda Aceh)
Akun Facebook palsu mencatut nama Marlina Usman, istri Gubernur Aceh
Kadis Kominsa Aceh Marwan Nusuf rapat bersama Tim Penyusun RPJM Aceh 2025-2029
Pangdam IM Mayjen TNI Niko Fahrizal menerima audiensi para pelaksana pembangunan Batalyon Teritorial Pembangunan di Balee Sanggamara Makodam Iskandar Muda, Jum'at (25/4)
Pendiri Emotional Spiritual Quotient (ESQ) Ary Ginanjar menilai kemerosotan akhlak dan moral seakan menjadi “tsunami” kedua bagi Banda Aceh
Universitas Syiah Kuala (USK) memperketat pengawasan pelaksanaan Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTB) Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT) Tahun 2025
Simulasi gempa bumi dan tsunami di SMAN 6 Banda Aceh, Sabtu, 26 April 2025
Pengprov dan KONI kabupaten/kota menyerahkan surat dukungan kepada Saiful Bahri atau Pon Yaya sebagai calon Ketua KONI Aceh, Sabtu (26/4). (Foto: For Infoaceh.net)
Sebanyak 78 orang anak yatim lulus menjadi Anggota TNI AD di Kodam Iskandar Muda (IM)
Drs HA Malik Raden MM pengukuhan Pengurus Forsiar periode 2025–2030, di Gedung AAC Dayan Dawood Darussalam, Banda Aceh, Sabtu (26/4/2025)
Unit PPA Satreskrim Polres Aceh Utara mengamankan pria berinisial M (44), warga Kecamatan Dewantara, Aceh Utara atas dugaan pemerkosaan anak tirinya yang masih berusia 16 tahun. (Foto: Dok. Polres Aceh Utara)
Wali Kota Banda Aceh Illiza Sa’aduddin Djamal dan Wakil Wali Kota Afdhal Khalilullah turut menghadiri pelantikan Pengurus DPD II KNPI Banda Aceh periode 2024-2027 di Amel Convetion Hall, Banda Aceh, Jum'at malam (25/4)
Dinas Pendidikan (Disdik) Aceh mengalokasikan anggaran sebesar Rp12,2 miliar untuk pengadaan lampu tenaga surya di sejumlah sekolah SMA di berbagai kabupaten/kota
MPU Aceh melalui LPPOM menurunkan tim terpadu melakukan sidak lapangan ke sejumlah minimarket dan supermarket di Kota Banda Aceh dan Aceh Besar, Jum'at (25/4/2025)