INFOACEH.NET, JAKARTA — Kabar duka bagi bangsa Indonesia dengan berpulangnya salah satu putra terbaik bangsa yakni Tanri Abeng, mantan Menteri BUMN era Presiden Soeharto dan BJ Habibie.
Tanri Abeng adalah Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pertama RI, meninggal dunia pada Ahad (23/6/2024) dini hari.
Almarhum Tanri Abeng, lahir di Selayar, Sulawesi Selatan (Sulsel) pada 7 Maret 1942 wafat pada 23 Juni 2024 pada pukul 02.36 WIB di RS Medistra Jakarta. Beliau meninggal pada usia 83 tahun.
Menurut keterangan kabar duka, jenazah Tanri Abeng disemayamkan di Jln. Simpruk Golf XIII No. 19 Jakarta Selatan. Almarhum meninggalkan tiga anak dan empat orang cucu.
Kabar duka itu membuat sejumlah tokoh publik mengenang kepergian Tanri Abeng, salah satunya Menteri BUMN, Erick Thohir.
Melalui unggahan akun resmi Instagram-nya, Erick menyampaikan duka cita atas kepergian menteri BUMN di era Presiden Soeharto itu.
“Berduka yang dalam atas wafatnya Menteri BUMN pertama, Pak Tanri Abeng,” tulis Erick, dikutip dari unggahan Instagram-nya, Ahad.
“Sosok yang berjasa besar untuk negeri ini,” sambungnya.
Erick pun mendoakan agar keluarga dan kerabat yang ditinggalkan Tanri dapat diberi kesabaran.
“Semoga almarhum mendapatkan tempat yang lapang di sisi Allah SWT,” tulis Erick.
Tanri Abeng diangkat menjabat Menteri Negara Pendayagunaan BUMN pada Kabinet Pembangunan VII, kabinet terakhir pemerintahan Soeharto di tahun 1998.
Hingga masa pemerintahan BJ Habibie, sosoknya tetap dipercaya untuk menduduki jabatan yang sama dalam Kabinet Reformasi, kurun waktu 25 Mei sampai 13 Oktober 1999.
Setelah tidak lagi menjabat menteri, Tanri lebih banyak memanfaatkan waktu untuk mengembangkan pemikiran dan pendidikan manajemen.
Tanri Abeng merupakan pengusaha hebat pada masanya, bahkan sempat berjuluk “Manajer Rp 1 Miliar” berkat bayaran keberhasilannya memimpin perusahaan besar milik Aburizal Bakrie, yakni Bakrie & Brothers.
Tanri Abeng sendiri mengawali karier di Bakrie & Brothers pada 1991, setelah secara gemilang memimpin perusahaan bir PT Multi Bintang Indonesia . Saat itu, perusahaan ini memiliki sekitar 60 anak usaha.
Saat masuk, Tanri Abeng melakukan langkah merestrukturisasi perusahaan adalah dengan memfokuskan perusahaan pada tiga industri utama, yakni telekomunikasi, dukungan infrastruktur dan perkebunan, serta investasi dan aliansi strategis di bidang pertambangan, petrokimia dan konstruksi.
Berkat reformasi Tanri Abeng kinerja Bakrie & Brothers membaik. Jika awalnya penjualan perusahaan secara tahunan hanya sekitar 50 juta dollar AS, maka pada akhir 1996 penjualan ditutup menjadi 700 juta dollar AS.
Selain sebagai Presiden Direktur di Bakrie & brothers, ia juga merangkap jabatan sebagai Direktur di Asia Pacific Brewery, Singapura (1981-1991), Direktur Bata Indonesia (1993-1998), Ketua B.A.T Indonesia (1995-1998) dan Mitratel Indonesia (1994-1998). Ia juga aktif di pemerintahan dan organisasi non-pemerintah seperti Dewan Pendidikan Nasional (1993 – 1998), Dewan Riset Nasional (1990 – 1998), Badan Promosi Pariwisata (1990 – 1996), Yayasan Perlindungan Lingkungan (1993 – 1998), Asosiasi Indonesia-Belanda, Indonesia-British Council dan Asia-Australia Institute.
Dia juga merupakan Komisaris dari Bursa Efek Jakarta antara tahun 1992 dan 1995. (RED)