Wamenkominfo: Politik Identitas dan Hoaks di Pemilu 2024 Menurun
“Dari jumlah tersebut, 1.546 konten telah kami tindak lanjuti, sedangkan sisanya masih dalam proses,” tutur Wamenkominfo.
Meskipun ada kecenderungan menurun, Wamen Nezar Patria tetap mengingatkan semua pihak mewaspadai narasi hoaks yang mengarah ke black campaign dengan menggunakan berbagai macam medium. Salah satunya penggunan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang memungkinkan pembuatan dan penyebaran konten bermuatan hoaks lebih mudah dan cepat.
“Dulu (Pemilu 2019) ada beberapa hoaks menggunakan AI, tetapi waktu itu masih mudah dikenali. Sekarang, jauh lebih smooth karena generative AI yang mampu menghasilkan teks juga suara serta gambar sangat coherence, smooth, sehingga kita agak sulit membedakan dengan yang asli,” jelasnya.
Menurut Wamenkominfo, pemanfaatan AI untuk pembuatan dan penyebaran hoaks di Indonesia masih relatif baru. Meski di berbagai negara sudah banyak digunakan sejak generatif AI muncul kira-kira 3-4 tahun yang lalu.
“Nah, itu hal baru dalam penyebaran hoaks tahun ini. Dan ini bukan khas Indonesia karena banyak digunakan di berbagai momen pemilu di berbagai negara untuk menyebarkan hoaks. Bukan saja cuma Pemilu, tetapi juga ada hoaks yang berkaitan dengan kesehatan, ilmu pengetahuan dan lain sebagainya,” tuturnya.
Karena itu, Wamen Nezar Patria mengajak semua pihak bisa mengantisipasi penggunaan teknologi AI untuk pembentukan dan penyebaran narasi hoaks.
“Pemanfaatan AI seperti deepfake untuk pembuatan konten hoaks menjadi salah satu hal yang perlu diantisipasi dan ditanggulangi bersama,” tandasnya.
Selain Wamenkominfo Nezar Patria, hadir sebagai narasumber Ketua Dewan Pers Niniek Rahayu dan Kepala Departemen Politik dan Perubahan Sosial CSIS Arya Fernandes. (IA)